Kemenkes Tingkatkan Upaya Deteksi Dini Lupus melalui Program SALURI

: Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Sabtu, 21 Desember 2024 | 06:39 WIB - Redaktur: Untung S - 104


Jakarta, InfoPublik - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan untuk mendorong deteksi dini Kemenkes akan meluncurkan program Periksa Lupus Sendiri (SALURI) mulai 2025.

Program ini menyasar calon pengantin wanita sebagai langkah awal pencegahan dikelompok usia berisiko. SALURI mengajak masyarakat untuk mengenali tanda-tanda lupus secara mandiri dan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) jika menemukan gejala yang mencurigakan.

“Melalui program SALURI, kami berharap masyarakat lebih memahami pentingnya deteksi dini lupus sehingga kasus dapat ditangani lebih cepat dan tepat,” kata Nadia seperti yang dikutip InfoPublik Jumat (20/12/2024).

Ia menekankan bahwa deteksi dini lupus membutuhkan kolaborasi multi-sektor antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi profesi, BPJS Kesehatan, dan media.

Kemenkes juga telah menyusun pedoman dan modul pelatihan tatalaksana lupus bagi tenaga kesehatan. Program Rujuk Balik melalui BPJS Kesehatan juga diperkuat agar pasien lupus mendapatkan penanganan berkelanjutan.

Direktorat P2PTM memperkuat strategi deteksi dini dalam menangani Lupus Eritematosus Sistemik (LES), yang dikenal sebagai “Penyakit Seribu Wajah”.

Program terbaru ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lupus melalui edukasi dan pendekatan berbasis komunitas.

Lupus merupakan penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri.

Berdasarkan studi yang dilakukan Prof. Handono Kalim dan tim di Malang, prevalensi lupus di Indonesia diperkirakan sebesar 0,5 persen, dengan jumlah penyandang lebih dari 1,3 juta orang. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi 15-45 tahun.

Lupus adalah penyakit yang dapat menyerang semua usia, dengan gejala umum berupa kelelahan ekstrem, nyeri sendi, ruam kulit, dan demam berkepanjangan. Penanganan yang cepat dan tepat menjadi kunci untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Manfaat Deteksi Dini Lupus

Dr. Anna Ariane dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo menjelaskan beberapa manfaat deteksi dini lupus yaitu meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien, mencegah kerusakan organ seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.

Kemudian mengurangi biaya pengobatan yang tinggi akibat komplikasi berat, meningkatkan produktivitas pasien agar tetap dapat bekerja dan beraktivitas normal, dan mengurangi flare-up lupus atau serangan penyakit berulang.

Dr. Anna juga menegaskan pentingnya pemeriksaan dini pada pasien dengan gejala seperti ruam wajah berbentuk kupu-kupu, nyeri sendi dan pembengkakan, kelelahan berat tanpa sebab jelas, sariawan berulang, sensitif terhadap sinar matahari, dan kelainan ginjal seperti proteinuria.

"Jika ditemukan minimal dua gejala pada organ yang berbeda, pasien perlu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk memastikan diagnosis melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium," kata Dr. Anna.

Melalui kampanye edukasi dan program deteksi dini seperti SALURI, Kemenkes berharap masyarakat dapat mengenali lupus lebih dini, memberikan dukungan yang lebih baik bagi penderita, serta mendorong pemahaman bahwa lupus bukan penghalang untuk hidup aktif dan produktif.

Dengan langkah-langkah pencegahan dan kolaborasi yang kuat, diharapkan jumlah kasus lupus di Indonesia dapat ditekan, serta kualitas hidup penyandang lupus semakin meningkat.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 Desember 2024 | 06:37 WIB
Menko PM Lanjutkan Uji Coba Program MBG di Pesantren
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 20:05 WIB
Penyiapan MPASI Bisa Sumber dari Makanan Keluarga
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 20:04 WIB
Batasi Garam dan Gula untuk Bayi lewat MPASI
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 18:27 WIB
Kemenkes Terbitkan Panduan MPASI untuk Anak Usia 6-23 Bulan