Kolaborasi Global Diperlukan untuk Eliminasi TBC, Indonesia Ambil Langkah Inovatif

: Menkes Budi Gunadi bersama pemimpin kesehatan global dan mitra melakukan pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk menyampaikan visi untuk mengakhiri TBC/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Senin, 11 November 2024 | 19:50 WIB - Redaktur: Untung S - 157


Jakarta, InfoPublik – Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan komitmen Indonesia dalam mengatasi tantangan global berupa tuberkulosis (TBC), dengan menyerukan kolaborasi antara pemerintah, mitra swasta, dan masyarakat untuk mencapainya.

Hal tersebut disampaikan dalam pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI, menjelang Konferensi Dunia tentang Kesehatan Paru 2024. Pertemuan itu juga dihadiri oleh pemangku kepentingan global seperti Gates Foundation, FIND, dan TB Alliance.

"Hari ini, saya berharap mitra kesehatan global dan pemimpin industri dapat membantu merumuskan visi untuk menghadirkan perubahan paradigma ini dalam cara kita mencegah, mendeteksi, dan mengobati TB," kata Budi melalui keterangan resminya pada Senin (11/11/2024).

Budi Gunadi Sadikin menekankan bahwa untuk mengeliminasi TBC, Indonesia perlu mengadopsi solusi inovatif yang berbasis pada bukti ilmiah dan membangun alat baru yang memungkinkan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan secara lebih efisien. Ia juga mengajak negara-negara di dunia untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan serta mengadopsi inovasi guna mencapai target eliminasi TBC global pada 2030.

Selain itu, para pemangku kepentingan global yang hadir pada pertemuan tersebut, seperti Gates Foundation, FIND, dan TB Alliance, membahas langkah-langkah inovatif yang dapat mempercepat pencegahan dan pengobatan TBC. Salah satunya adalah pengembangan alat diagnostik yang lebih terjangkau dan dapat diakses oleh masyarakat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kepala Transformasi/CEO FIND, Dr. Ifedayo Adetifa, menekankan pentingnya mempercepat akses ke diagnostik yang akurat dan terjangkau sebagai kunci untuk mendeteksi TBC pada tahap dini dan memutuskan rantai penularannya. “FIND berkomitmen untuk mengembangkan alat diagnostik inovatif yang lebih mudah diakses, dengan tujuan mengidentifikasi pasien TBC lebih tepat waktu,” ujar Ifedayo.

Sementara itu, Presiden dan CEO TB Alliance, Dr. Mel Spigelman, mengungkapkan visi ambisius mereka dalam merevolusi pengobatan TBC, yakni mengurangi durasi pengobatan menjadi hanya satu hari untuk infeksi TBC laten dan satu bulan untuk infeksi TBC aktif. Menurutnya, pencapaian ini bukan hanya memungkinkan, tetapi sudah berada dalam jangkauan.

Indonesia, yang termasuk dalam negara dengan beban TBC tertinggi di dunia, terus memperkuat sistem kesehatan nasional untuk menghadapi tantangan ini. Selain mengembangkan alat diagnostik TBC yang diproduksi secara lokal, Indonesia juga meningkatkan anggaran nasional untuk penanggulangan TBC dan memperkenalkan rejimen pengobatan yang lebih pendek untuk TBC resisten obat.

Pemerintah Indonesia juga menjadikan negara ini sebagai salah satu lokasi uji klinis untuk vaksin TBC baru, yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam penanggulangan penyakit ini.

Para pemangku kepentingan industri, termasuk BioFarma, Kalgen DNA, FujiFilm, Beckton Dickinson, dan lainnya, menyatakan komitmen mereka untuk mengembangkan solusi yang lebih aman, sederhana, dan efektif dalam pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TBC. Mereka juga menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam mempercepat penelitian dan pengembangan (R&D), serta memastikan akses yang tepat waktu terhadap alat-alat TBC yang menyelamatkan jiwa.

“Kolaborasi publik-swasta sangat penting untuk mempercepat inovasi, sehingga kita bisa menjamin bahwa semua masyarakat, terutama di negara berkembang, mendapatkan akses ke alat TBC yang menyelamatkan jiwa,” ungkap mereka.

Dengan lebih dari 10 juta orang terinfeksi TBC setiap tahunnya, dan sebagian besar kasus baru terjadi di negara-negara dengan beban tinggi seperti India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan, TBC tetap menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia. Namun, dengan upaya bersama dan komitmen untuk mengembangkan alat diagnostik yang lebih baik, mempercepat pengobatan, dan mengurangi durasi perawatan, dunia memiliki kesempatan untuk mengatasi tantangan ini dan mencapai dunia bebas TBC.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Rabu, 13 November 2024 | 14:06 WIB
Indonesia-Swiss Perkuat Kerja Sama Ketenagakerjaan di Tripartite Dialogue ke-4