- Oleh Putri
- Senin, 2 Desember 2024 | 23:50 WIB
: Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan dua jenis kanker darah seperti limfoma dan leukimia merupakan kanker yang paling banyak diderita anak-anak Indonesia/Foto: Kemenkes
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Yayasan Viva Anak Kanker Indonesia menyepakati kerja sama peningkatan perawatan bagi anak-anak penderita kanker darah.
Kerja sama itu diteken dalam penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) di Jakarta, pada Senin (15/1/2024) yang disaksikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
“Kerja sama antara Kemenkes dan Viva, organisasi nonprofit dunia yang akan membantu anak-anak Indonesia yang terkena kanker darah seperti limfoma dan leukemia,” kata Menkes Budi melalui keterangannya yang dikutip InfoPublik Selasa (16/1/2024).
Lanjutnya, dua jenis kanker darah tersebut merupakan kanker yang paling banyak diderita anak-anak Indonesia. Menurut data Globocan 2020, jumlah penderita kanker pada anak (0-19 tahun) sebanyak 11.156.
Berdasarkan angka tersebut, leukemia menempati posisi pertama dengan 3.880 (34,8 persen), sedangkan kanker getah bening sekitar 640 (5,7 persen), dan kanker otak 637 (5,7 persen).
Sedangkan berdasarkan data WHO 2021, kanker anak yang dapat disembuhkan di Indonesia kurang dari 30 persen kasus.
Hal itu umumnya karena keterlambatan diagnosis akibat tidak mengenali gejala dini kanker anak. Sehingga, dampaknya menyebabkan pengobatan tidak optimal dan angka kematiannya tinggi.
Karena itu, dalam kerja sama ini, kedua pihak sepakat untuk memperkuat perawatan bagi anak-anak yang menderita kanker melalui pengobatan medis, pendidikan, dan penelitian translasi yang dimulai dengan Acute lymphoblastic leukaemia.
Menkes Budi menguraikan pendidikan dilakukan melalui program pelatihan dokter, perawat, apoteker, dan teknisi laboratorium Indonesia dibidang onkologi pediatri di Indonesia atau di luar negeri yang akan dimulai di Singapura.
Pengobatan medis melalui pengenalan dan peningkatan kapasitas transplantasi sumsum tulang serta terapi sel dan gen, yang akan dimulai dengan terapi sel CarT di Indonesia.
“Melalui kerja sama itu, kita akan mendapat bantuan dari mereka untuk mendeteksi leukemia pada anak dan mengobatinya dengan teknologi canggih seperti mesin CarT. Nantinya, alat itu akan dipinjamkan ke RS Kanker Dharmais,” kata Menkes Budi.
Kemudian, penelitian dengan memfasilitasi pendirian laboratorium kelas dunia di Jakarta untuk menangani pengujian terpusat yang diperlukan untuk diagnosis dan pelacakan anak-anak penderita kanker.
Selanjutnya, pembentukan pembentukan kelompok studi penelitian translasi yang dimulai dengan Acute lymphoblastic leukaemia.
Selain itu, kedua pihak juga sepakat untuk menjamin akses ke obat-obatan dan perawatan yang diperlukan untuk semua anak yang menderita kanker.
“MoU itu memperkuat komitmen kami untuk membuat perawatan ini tersedia dan terjangkau sehingga setiap anak memiliki kesempatan untuk melawan kanker dengan sumber daya terbaik yang tersedia,” kata Menkes Budi.