:
Oleh G. Suranto, Minggu, 22 Januari 2023 | 19:36 WIB - Redaktur: Untung S - 339
Jakarta, InfoPublik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerima kunjungan dari Delegasi Korean Atomic Energy Research Institute (KAERI), di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Jumat (20/1) lalu. Pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas peluang kerja sama antara BRIN dan KAERI dalam pengelolaan limbah industri batik dengan memanfaatkan teknologi radiasi.
Kunjungan delegasi ini merupakan rangkaian akhir dari kegiatan “Expert Mission Program & Workshop on Consulting to Treat Textile Wastewater on the Radiation Fusion Technology at Pekalongan City in Indonesia,” yang dimulai sejak 11 Januari 2023, di Pekalongan dan Yogyakarta.
Direktur Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir), BRIN, Zainal Arief mengatakan, pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama sebelumnya antara Poltek Nuklir dan Pemerintah Kota Pekalongan. Pada 2021, pihaknya sudah mulai menginisiasi kerja sama dengan Pemerintah Kota Pekalongan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
“Artinya dalam hal riset pemanfaatan teknologi radiasi untuk membantu mengatasi permasalahan limbah industri batik di Kota Pekalongan. Hasilnya, ada pengurangan polutan dari air limbah tersebut,” terang Zainal Arief, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (22/1/2023).
Pertemuan dengan KAERI, jelas Zainal, bertujuan untuk memperoleh insight dari sisi teknologi untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) batik dengan teknologi radiasi. “Teknologi ini sudah terbukti berhasil diterapkan di Korea pada limbah industri tekstilnya, sehingga pertemuan ini diharapkan bisa menjadi perbandingan teknologi apa yang memungkinkan untuk bisa diimplementasikan di Pekalongan," jelas Zainal.
Dirinya menerangkan, sebelumnya, Delegasi KAERI yang dipimpin oleh Peneliti Senior, Hyeon-Jin KIM telah melihat langsung fasilitas IPAL di Kota Pekalongan, kemudian menyampaikan solusi untuk perbaikan dalam pengolahan limbah industri batik. “Artinya secara teknis mereka (Delegasi KAERI) sudah menyampaikan masukan, dan ini menjadi suatu pertimbangan bagi mitra BRIN di Pemerintah Kota Pekalongan untuk pengolahan limbah ke depan seperti apa,” katanya.
Senada dengan Zainal, Kepala Bappeda Kota Pekalongan, Cayekti Widigjo, mengatakan, kondisi penanganan limbah industri batik di Kota Pekalongan memang belum maksimal, sehingga Poltek Nuklir tergerak untuk bagaimana membantu menangani limbah di Pekalongan.
“Waktu itu sampel limbah dengan kondisi paling ekstrem diuji coba di laboratorium Poltek Nuklir, dilakukan pengolahan dengan menggunakan teknologi radiasi, dalam hal ini radiasi gamma, hasilnya airnya menjadi jernih dan ramah lingkungan,” katanya.
Menurut Cayekti, dengan kedatangan expert dari KAERI bisa memberikan masukan kemungkinan teknologi paling aman yang akan diterapkan di Kota Pekalongan. Dia mengungkapkan, KAERI telah menerapkan pengolahan limbah industri dengan penyinaran berkas elektron.
“Bagi kami prinsipnya adalah teknologi apapun bisa digunakan sepanjang aman secara sosial, lingkungan, ekonomi, dan yang terpenting tidak ada kekhawatiran atas penerapan teknologi itu,” tegasnya.
Plt. Deputi SDM Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putra mengungkapkan, permasalahan limbah industri batik membutuhkan penanganan bersama yang komprehensif tidak hanya dari sisi teknologinya, namun juga dari aspek sosial, budaya, ekonomi, edukasi ke masyarakat, termasuk penataan wilayah dan perkotaan untuk penyediaan fasilitas IPAL.
“BRIN memiliki berbagai Pusat Riset dan periset yang terkait langsung dengan penanganan permasalahan limbah termasuk limbah batik, pengembangan teknologi akselerator untuk penyediaan sumber berkas elektron, maupun yang terkait kajian dan studi kemasyarakatan untuk memberdayakan masyarakat memahami aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya maupun aspek lingkungan. Hal ini yang harus dikolaborasikan juga di internal BRIN, karena permasalahan limbah ini kompleks, tidak hanya dari aspek teknis,” katanya.
Selain itu, penanganan limbah di sungai juga memerlukan sinergi dengan Kabupaten Pekalongan dari sisi hulu sungai dan Kota Pekalongan di bagian hilir sungai. Sehingga diharapkan, kerja sama dapat terjalin hingga ke tingkat provinsi, karena isu lingkungan merupakan isu nasional.
Pekalongan sebagai the World’s City of Batik mewariskan batik sebagai warisan budaya dari leluhur yang diakui dunia. “UNESCO tentu sangat berfokus bahwa pembangunan berkelanjutan harus senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan. Maka batik yang telah mendapat pengakuan internasional dan secara resmi diakui UNESCO sebagai Budaya Tak Benda, tentu harus juga benar-benar memperhatikan isu lingkungan, termasuk pengolahan limbahnya,” kata Edy.
Dirinya berharap, inisiasi kerja sama antara BRIN dan KAERI ini, selain kerja sama dengan Pemerintah Kota Pekalongan, kedepannya juga harus dapat bersinergi dengan kalangan akademisi di perguruan tinggi di Kota Pekalongan, termasuk Pemerintah Daerah Kabupaten dan Provinsi untuk menyelesaikan permasalahan bersama dalam penanganan limbah industri batik. Sekaligus menjadi contoh bagi kota-kota lainnya dalam melestarikan budaya luhur bangsa, dengan tetap senantiasa menjaga kelestarian lingkungan.
Sumber/Foto: BRIN