Ini Strategi Kemenkes Turunkan Prevalensi Stroke di Indonesia

:


Oleh Putri, Rabu, 12 Oktober 2022 | 06:30 WIB - Redaktur: Untung S - 1K


Jakarta, InfoPublik - Penyakit Stroke menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada 2015 dan penyebab kematian tertinggi di Indonesia di 2014.

Prevalensi stroke di Indonesia pada 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar (10,9 persen) atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. (Kementerian Kesehatan/Kemenkes RI, 2018).

Untuk itu, sejumlah strategi disusun pemerintah untuk menurunkan prevalensi stroke di Indonesia. Mulai dengan memperkuat upaya promotif preventif kesehatan masyarakat seperti mengkampanyekan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Kemudian menjaga kadar gula dalam darah, rutin melakukan aktivitas fisik dan yang tak kalah penting adalah rutin cek kesehatan setidaknya enam bulan sekali.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam acara Prevensi Stroke Campaign, Special 3D Cinema Lecture yang digelar Perhimpunan Spesialis Bedah Syaraf di Karawaci, pada Selasa (11/10/2022) mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini.

“Mulai tahun depan deteksi dini akan ditanggung BPJS Kesehatan. Ingat ya, mencegah lebih mudah dan murah daripada mengobati,” kata Menkes Budi.

Selanjutnya, adalah memperkuat layanan kesehatan untuk penyakit stroke. Menkes Budi melanjutkan, saat ini jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan tenaga kesehatan spesialis bedah jumlahnya belum memadai.

Dari 34 provinsi baru 20 provinsi yang bisa melakukan tindakan pakai cathlab sementara 14 provinsi masih belum mampu menyediakan pelayanan stroke.

“Kami sedang berproses untuk memenuhi itu, terkait alatnya itu gampang. Saya sudah alokasikan untuk kanker, stroke, jantung, dan ginjal sekitar 30 triliun hingga 2027. Seluruh provinsi dan 514 Kabupaten/kota akan memiliki alat intervensi non-bedah. Ini pilar nomor dua transformasi layanan rujukan,” terang Menkes Budi.

Selain itu, pemenuhan tenaga kesehatan juga sangat perlu. Pasalnya, jumlah dokter spesialis bedah saat ini juga masih sangat minim. Persebarannya pun juga belum merata, masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Dari 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia yang memiliki spesialis hanya 20, spesialis saraf hanya sekitar 13, sementara sub spesialis syarat intervensi presentasinya lebih sedikit lagi.

Menkes Budi mengatakan akan perbanyak prodi spesialis dan RS Pendidikan baik di Fakultas Kedokteran swasta atau negeri. Upaya lain yang sedang dilakukan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi digital dalam peningkatan layanan stroke di seluruh fasyankes.

Menkes Budi ingin layanan kesehatan stroke terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Upaya terakhir yaitu, embrace new technology.

“Perkembangan teknologi ini harus kita manfaatkan untuk menghadirikan layanan kesehatan yang lebih personal dan presisi. Harapannya ini juga bisa digunakan untuk pencegahan stroke,” kata Menkes Budi.

Foto: Kemenkes