Laporan Tahunan 2021 - Upaya Maksimal Pemerintah Mengendalikan COVID-19

:


Oleh Putri, Rabu, 20 Oktober 2021 | 14:59 WIB - Redaktur: Untung S - 242


Jakarta, InfoPublik - Serangan dahsyat varian Delta COVID-19 pada pertengahan 2021 memberi pelajaran berharga. Munculnya varian Delta dimulai pada Maret 2021 dan puncaknya pada Juni 2021 melesat hingga 80 persen, bahkan pada Agustus dan September 2021 mencapai 100 persen.

Hal tersebut tertuang dalam laporan “Capaian Kinerja 2021, Indonesia Tangguh-Indonesia Tumbuh” yang diluncurkan tepat pada dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin, Rabu (20/10/2021).

“Hal ini dikarenakan rendahnya vaksinasi, kendornya protokol kesehatan, dan lemahnya penegakan hukum harus dibayar mahal. Penularan meledak, pasien melonjak, kurva kematian membubung tinggi,” bunyi laporan tersebut yang dikutip InfoPublik.

Segenap daya pun dikerahkan, seperti wisma atlet menjadi lokasi rumah sakit darurat dan isolasi terpusat. Selain itu isolasi mandiripun masuk daftar wajib, telemedicine, siaga Puskesmas, paket bantuan obat juga diluaskan.

Akhirnya krisis COVID-19 pun mereda seiring berbagai upaya maksimal yang dilakukan seluruh stakeholders terkait, termasuk masyakarat. Namun Presiden Joko Widodo meminta agar tetap waspada sehingga kejadian ini tidak terulang kembali.

Ketersediaan Obat dan Oksigen

Serangan maut varian Delta membuat rumah sakit penuh, obat langkah, oksigen menipis, hargapun melejit. Pemerintah bergerak cepat mencari solusi dan para penimbun obat diberantas habis akibat mencari untung di tengah kesulitan.

Harga eceran tertinggi (HET) obat ditetapkan termasuk aturan-aturan dilempangkan. Untuk ketersediaan stok oksigen, pemerintah Indonesia membuka kran impor konsentrator dan menerima bantuan dari negara sahabat.

Sedangkan dalam negeri, konversi oksigen industri ke oksigen medis diterapkan. Sebanyak 11512 unit konsentrator oksigen telah tersedia. Selain oksigen, pemerintah Indonesiapun menyediakan beberapa obat.

“Yakni sebanyak 17.174.150 Osetamivir Kapsul, kemudian 33.531.100 Favipiravir tablet. Lalu sebanyak 1.574.163 Remdesivir vial dan sebanyak 19.213.160 Azythromycin tablet,” bunyi laporan tersebut yang dikutip InfoPublik lagi.

Foto Ilustrasi: Berakar Komunikasi/Presiden.go.id