Jusuf Kalla: Penghematan Asian Games 2018 Ada Pada Pos Penyelenggaraan.

:


Oleh Astra Desita, Minggu, 26 Maret 2017 | 06:50 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 952


Jakarta, InfoPublik - Pemerintah tak menyetujui proposal yang diajukan panitia Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Agar acara tetap terlaksana secara ideal, Jusuf Kalla berencana menghemat pengeluaran pada pos penyelenggaraan.

Indonesia terus menggeber persiapan pelaksanaan Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan 18 Agustus hingga 2 September. Rancangan anggaran untuk menggelar Asian Games itu mencapai Rp 8 triliun. Dalam prosesnya, pemerintah hanya menyetujui anggaran senilai Rp 4 triliun.

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga menjabat sebagai ketua dewan pengarah Asian Games 2018 itu menegaskan menghematan itu tak akan mengubah porsi untuk infrastruktur.

Sebab, saran dan prasarana yang tengah dibangun ataupun direnovasi bisa digunakan untuk jangka panjang. Menurut JK penghematan akan ada pada pos penyelenggaraan.

JK mencontohkan anggaran IT dan broadcasting yang masih bisa disiasati. Bukan menurunkan kualitas dari yang direncanakan, dia memberi solusi dengan menggaet sponsor untuk penyediaan IT dan broadcasting.

"Kita kan ada Telkom itu bisa mengurangi biaya hingga bisa mencapai 4,5 T," kata JK usai rapat di Kantor Komite Olimpiade Indonesia, FX Sudirman, Sabtu (25/3).

Sementara itu, Wakil Presiden INASGOC II Gatot S. Dewa Broto mengatakan tengahberkoordinasi dengan Kominfo.

"Sejauh ini Kominfo sudah intens berkoordinasi dengan kami dan memang banyak pengurangan dan akan terus berlanjut," kata Gatot.

"Hasil pengurangan dana broadcasting dan IT itu cukup besar dari sebelumnya Rp 1,5 triliun, kini berkurang menjadi Rp 1,008 sekian triliun," tuturnya.

Pengurangan itu disebabkan ada beberapa teknologi penunjang penyelenggaraan pertandingan yang tidak dimiliki Indonesia. Seperti kamera bawah air, lalu alat yang menempel di busur untuk mengukur akurasi.

"Namun, itu sangat dimaklumi oleh Ketua Dewan Pengarah, tapi dia menyatakan tetap harus ada transfer teknologi," tegas Gatot.

Selain IT dan broadcasting, Gatot juga menyebut ada potensi pengurangan biaya opening dan closing ceremony. Misalnya, pada saat pembukaan akan menggunakan artis yang lebih bervariasi.

"Wapres minta jangan paksakan pakai artis luar negeri. Misalnya campuran artis Korea, India, atau pengungsi dari Suriah, itu misalnya. Tapi Bapak Wapres minta agar tidak jor-joran," tutur Gatot.

"Selain itu, ada juga soal lampu penerangan yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan OCA maka beratnya bisa mencapai 50 ton. Sementara dari KemenPUPERA mengatakan maksimal beban SUGBK maksimal hanya 30 ton, karena stadion itu bangunan tahun 1962. Bapak JK bilang jangan dipaksakan, tanpa mengurangi kemeriahan," pungkas Gatot.