IAC: Subsidi Penuh Terapi ARV Kunci kendalikan epidemi AIDS.

:


Oleh Juliyah, Minggu, 4 Desember 2016 | 20:38 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 585


Jakarta, InfoPublik - Berdasarkan permodelan yang dikeluarkan oleh badan PBB untuk HIV dan AIDS yaitu UNAIDS, di Indonesia terdapat 690 ribu penduduk yang sebenarnya telah terinfeksi HIV. Namun, dari jumlah ini angka orang yang mengetahui status HIV-nya masih kecil sekali yaitu baru sekitar 30 persen.

"Dari angka estimasi tersebut, data yang dilansir oleh Kementerian Kesehatan juga menunjukkan bahwa jumlah ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) yang saat ini menerima terapi pengobatan Anti Retro Viral (ARV) baru sekitar 8% atau sekitar 65.825 ODHA. Ini adalah angka yang paling kecil diantara negara-negara di region Asia Pacific," kata Aditya Wardhana, Direktur Eksekutif LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC) dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (4/12).

Menurutnya, LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC), sebagai mitra pemerintah dalam mengerjakan program penanggulangan AIDS, selalu menyuarakan pentingnya pemerintah untuk melipat gandakan upayanya dalam mendorong setiap warganegara untuk menjalani tes HIV dan sedini mungkin mengakses pengobatan ARV bagi orang yang telah terinfeksi virus ini.

“Angka 8% adalah sebuah angka yang menjadi alarm bagi bangsa kita. Jika pemerintah tidak sesegera mungkin meningkatkan angka cakupan ini, maka Indonesia akan menjadi negara yang paling tertinggal dalam upaya pengendalian epidemic AIDS di wilayah Asia dan Pacific," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, Tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian subsidi bagi pengobatan ARV kepada setiap ODHA yang membutuhkan, telah turut menyumbang kontribusi yang besar bagi menurunnya angka kematian pada ODHA yang disebabkan infeksi virus HIV ini.

Selain itu, ODHA yang mendapatkan pengobatan ARV yang berkualitas telah terbukti tidak akan menularkan penyakitnya kepada orang lain. Hal ini diperkuat dengan hasil banyak studi internasional yang telah dipublikasikan secara meluas bahwa obat ARV juga berperan sebagai alat pencegahan yang paling efektif.

ARV selain bermanfaat bagi ODHA, juga akan bermanfaat bagi pengendalian infeksi dan penularan penyakit ini. Karena itu, sangat penting untuk tetap memberikan subsidi penuh bagi obat ARV serta memastikan bahwa akses kepada obat ARV ini bisa tersedia secara merata di seluruh pelosok Indonesia.

Selain itu, LSM IAC juga minta pemerintah untuk secara serius dan bersama-sama dengan kelompok organisasi pasien untuk melakukan upaya yang konsisten bagi pengurangan stigma dan diskriminasi sehingga setiap warga masyarakat tidak takut untuk memeriksakan status HIV serta sedini mungkin mendapatkan pengobatan ARV bagi mereka yang terinfeksi HIV.

Menurutnya, yang juga tidak kalah penting, pemerintah diharapkan juga menyediakan akses bersubsidi penuh bagi upaya tes laboratorium penunjang keberhasilan terapi seperti tes Viral Load untuk mengetahui keberhasilan terapi ARV yang dijalankan oleh ODHA sehingga ODHA termotivasi untuk patuh pada pengobatannya.

"Komitmen pemerintah dengan memberikan subsidi penuh bagi obat ARV sehingga ODHA bisa lebih mudah mengaksesnya adalah sebuah kunci bagi penanggulangan epidemi AIDS di Indonesia," ungkapnya.

Hal ini dikatakan, merupakan tantangan besar bagi Menteri Kesehatan untuk yakinkan Kementerian Keuangan serta DPR guna memberikan persetujuan bagi peningkatan alokasi subsidi ini sehingga jumlah orang yang mengkonsumsi obat ARV bersubsidi bisa semakin besar, variasi obat ARV bersubsidi yang beredar bisa semakin banyak serta tes-tes monitoring keberhasilan pengobatan juga bisa disediakan secara meluas.