Menkes: Jangan Abaikan Gangguan Penglihatan

:


Oleh Juliyah, Minggu, 9 Oktober 2016 | 17:22 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Gangguan penglihatan dan kebutaan 90 persennya terdapat di negara berkembang, yang beriklim tropis dengan paparan sinar ultraviolet yang tinggi termasuk di Indonesia.

Kondisi ini sebenarnya dapat dihindari jika gangguan penglihatan tidak diabaikan, dengan segera melakukan pemeriksaan, untuk dapat diobati dan dilakukan perbaikan.

Mengamati hal tersebut, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek  berpesan agar masyarakat jangan mengabaikan gangguan penglihatan (mata), karena organ ini memiliki fungsi vital bagi kehidupan yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang sehingga menjadi manusia yang produktif.

Ia menjelaskan, rata-rata 80 persen fungsi vital manusia bergantung pada indera penglihatannya. "Mata yang sehat penting untuk membuka jendela dunia sehingga menjadikan manusia berkualitas," katanya saat temu media menyambut Hari Penglihatan Sedunia 2016, " Solid dan Sinergi Mencegah Kebutaan" di Jakarta, Jumat (7/10).

Menkes mengungkapkan, angka kebutaan nasional meningkat dari yang hanya sekitar 1,5 persen di tahun 1996, saat ini angkanya menjadi sekitar 4 persen. Padahal sesuai dengan vision The Right To Sight  2020, Indonesia termasuk negara-negara yang terlibat didalamnya harus menurunkan angka kebutaan menjadi hanya 0,5 persen.

Menurutnya, penyebab kebutaan tertinggi dikarenakan katarak dan gangguan refraksi. Selain itu karena Indonesia negara tropis yang sinar UV nya tinggi, usia penderitanya pun menjadi lebih muda yaitu 46 tahun sudah mengalami katarak, sementara di negara non tropis rata-rata mengalami katarak diusia 60 tahun.

"Jadi jangan kita abaikan gangguan penglihatan, meski mata organ yang kecil, tetapi jika buta maka orang tersebut akan perlu pendamping, yang juga akan mengakibatkan kerugian ekonomi karena manusianya akan menjadi tidak produktif, untuk itu disarankan agar segera memeriksakan ke Faskes terdekat jika mengalami gangguan penglihatan," imbau Menkes. 

Wakil Ketua Komite Mata Nasional, dr Aldian Halim menjelaskan,  kebutaan 82 persennya dialami oleh orang yang berusia diatas 50 tahun, namun sebenarnya 80 persen gangguan penglihatan atau kebutaan tidak perlu terjadi, karena keadaan ini dapat dicegah dihindari dan diperbaiki melalui pemeriksaan dan deteksi dini.

Indonesia juga akan dihadapkan pada kekhawatirkan akan terjadi peningkatan angka kebutaan dengan adanya trend demografi di 2030, dimana angka usia harapan hidup semakin tinggi. "Usia harapan hidup akan meningkat dari 68 tahun menjadi 76 tahun di 2030 sehingga dikhawatirkan gangguan penyakit yang berhubungan dengan usia lanjut pun akan meningkat termasuk didalamnya kasus kebutaan, untuk itu diperlukan perhatian dan penanganan yang serius," ujarnya.

Menyikapi hal tersebut Kemenkes dan Komite Mata Nasional juga pihak terkait lainnya akan melengkapi survei terkait gangguan penglihatan ini yang akan dilakukan di 15 provinsi, melakukan penguatan faskes primer dan rujukan, melakukan skrining ke sekolah-sekolah dan akan mempermudah akses untuk mendapatkan kacamata.