IDI Minta Pengadaan Vaksin Dievaluasi

:


Oleh Juliyah, Rabu, 29 Juni 2016 | 10:08 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 463


Jakarta, InfoPublik - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) minta pemerintah pusat dan daerah tingkatkan pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran vaksin di setiap daerah.

"Berikan informasi kepada masyarakat mengenai vaksin yang akan diberikan. Pimpinan fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta harus mengevaluasi kembali pengadaan vaksin di fasilitasnya untuk memastikan keaslian vaksin yang diberikan," kata Ketua Umum PB IDI Ilham Oetama Marsis di Jakarta, Selasa (28/6).

IDI juga mendesak pemerintah pusat maupun daerah untuk melakukan investigasi dan pendataan kembali anak-anak di bawah 10 tahun yang mungkin mendapatkan vaksin palsu untuk selanjutnya divaksinasi kembali. "Kepada dokter-dokter anggota lDl yang memberikan pelayanan vaksinasi, harus memastikan vaksin yang diberikan adalah asli, kepada masyarakat hendaknya tidak sungkan meminta informasi terkait vaksin yang akan diberikan untuk anak. "Pastikan vaksin tersebut asli karena hal ini adalah hak masyarakat yang dilindungi undang-undang," ujarnya.

Menurut IDI, setidaknya terdapat dua dampak dari pemberian vaksin palsu pada anak yaitu terkait keamanan dan proteksi. Vaksin palsu yang ditemukan merupakan jenis vaksin yang secara rutin diberikan pada anak yaitu vaksin BCG untuk mencegah penyakit Tuberculosis, vaksin campak, vaksin hepatitis, vaksin polio dan vaksin tentanus.

Dampak keamanan sangat ditentukan oleh kandungan dari vaksin palsu tersebut, namun pembuatan vaksin yang tidak memenuhi standar sterilisasinya memungkinkan vaksin palsu terkontaminasi oleh mikroorganisme. Akibat kontaminasi tersebut berisiko menimbulkan infeksi yang dapat bersifat ringan sampai berat. Jika terdapat tanda-tanda infeksi pada anak seperti panas tinggi, hilangnya nafsu makan, atau terdapat penurunan kesadaran, sebaiknya segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan.

Selain itu, dampak proteksi dari vaksin palsu tentunya tidak terbentuk kekebalan tubuh sang anak terhadap penyakit tersebut. Jika seorang anak dipastikan mendapat vaksin palsu tentunya harus ditempuh langkah vaksinasi kembali untuk memberikan kekebalan pada sang anak.