:
Oleh Astra Desita, Rabu, 27 April 2016 | 06:00 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 773
Jakarta, InfoPublik - Pengembangan unagi atau ikan sidat yang dilakukan Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta bersama Universitas Sebelas Maret (UNS) merupakan upaya mendukung program pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
"Kerjasama ini dikemas menjadi kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang merupakan salah satu unsur Tridharma Perguruan Tinggi," tutur Rektor Universitas Budi Luhur, Suryo Hapsoro Tri Utomo di Jakarta, Selasa (26/4).
Berbagai inovasi yang berasal dari UBL dan UNS diharapkan bisa diterapkan langsung untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan budi daya ikan sidat serta memasarkan hasil olahannya.
"Kami pun mengajak bekerjasama dalam penelitian-penelitian dan KKN bersama," ujarnya.
Kerjasama ini pun sudah dipublikasikan dalam bentuk Unagi Festival pada tanggal 21 April 2016 lalu di Jakarta.
Suryo mengatakan, ikan sidat bukanlah makanan biasa dan termasuk yang termahal di restoran-restoran Jepang karena kandungan gizinya. Kebutuhan dunia akan ikan sidat saat ini 300 ribu ton dan 40 persennya adalah maasyarakat Jepang.
Negara lain yang membutuhkan suplai ikan sidat adalah Taiwan, Tiongkok, Korea Selatan, Australia, New Zealand. Sementara itu, jumlah produksi ikan sidat Indonesia masih kurang dari 1 persen.
Sementara Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro, menambahkan, beberapa supermarket besar di Jakarta membutuhkan ikan sidat sebanyak tiga ton per bulan dan baru terpenuhi 10 persen.
Jika kerjasama kedua universitas ini berjalan lancar, maka akan menjadi peluang dan meningkatkan penghasilan masyarakat.
Sebelumnya UNS telah melakukan penelitian bersama Sigherland co. Ltd. Osaka, Jepang dalam budidaya sidat. Kerjasama dilakukan dalam hal menjaga kestabilan suplai, mengembangkan market, harga dan waktu pengiriman serta biaya untuk ekspor.
Hasilnya antara lain adalah menemukan resep pembuatan pakan organik ikan sidat. Untuk mencapai ukuran konsumsi biasanya membutuhkan waktu pemeliharaan 14 bulan.
"Namun dengan pakan hasil penelitian UNS, cukup enam bulan," pungkasnya.