:
Oleh Astra Desita, Kamis, 17 Maret 2016 | 01:06 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 343
Jakarta, InfoPublik - Meski memasuki zaman digital namun buku pelajaran belum bisa tergantikan dengan keberadaan Gadget, kata Ketua Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PGGI) Jimmy Juneanto.
"Era digital memang mengubah industri grafika di Tanah Air, namun segmen penerbitan masih ada terutama buku pelajaran," tutur Jimmy dalam konferensi pers di Politeknik Negeri Media Kreatif di Jalan Lenteng Agung Jakarta, Rabu (16/3).
Jimmy mengatakan era digital membuat industri penerbitan mengalami penurunan mulai dari pemasangan iklan, sirkulasi koran, majalah dan lain sebagainya. Bahkan, lanjut dia, banyak koran dan majalah yang terpaksa gulung tikar.
"Namun, ini bukan akhir dari industri grafika. Terbukti Indonesia masih menjadi tamu kehormatan di Book Fair yang diselenggarakan di Jerman, artinya buku yang topiknya menarik masih ada yang membaca. Sampai sekarang buku pelajaran juga belum tergantikan. Gadget masih belum bisa menggantikan buku pelajaran, butuh waktu sampai 10 tahun ke depan."
Meskipun trennya ke depan, buku pelajaran bisa diakses melalui gadget.
Untuk mengatasi persoalan itu, kata dia, pelaku industri grafika harus sering melakukan inovasi misalnya dengan seringnya mengganti kemasan untuk mendorong minat pembeli.
Sementara itu Wakil Direktur Bidang Kerjasama Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia), Misbach Fikrianto, mengatakan kampusnya mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan SDM yang terampil di industri grafika supaya Indonesia tak kalah bersaing.
Salah satu upayanya, ujar Misbach, dengan menyelenggarakan The International Conference NPES-ICC Color Management 2016 dengan tema Making A Future with Color Management. Di sini peserta bisa belajar dan memperdalam manajemen warna di industri grafika.
Sedangkan mahasiswa Polimedia dipersiapkan SDM-nya agar siap terjun di dunia grafika dengan memberikan berbagai pelatihan, workshop, seminar, magang untuk mengasah kemampuan mereka.