Nyepi Tahun Ini Terasa Spesial

:


Oleh H. A. Azwar, Rabu, 9 Maret 2016 | 19:54 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 794


Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1938 yang jatuh pada hari Rabu, 9 Maret 2016 ini, terasa sangat spesial dan istimewa bagi umat Hindu di Bali. Betapa tidak, Nyepi kali ini bertepatan gerhana matahari total yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, meski di Bali hanya terjadi gerhana sebagian.

Seperti kita ketahui, Nyepi identik kegelapan pada malam hari, namun kali ini kegelapan tidak hanya terjadi malam hari tetapi juga di siang hari karena adanya gerhana matahari.

Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Saka. Bagi masyarakat Bali, Nyepi identik dengan hari dimana umat Hindu tidak keluar rumah seharian.

Sebelum hari raya Nyepi, ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, salah satu upacara yang paling terkenal adalah pengerupukan.

Pengerupukan merupakan upacara yang paling ditunggu-tunggu, dimana masing-masing banjar mengarak ogoh-ogoh di sepanjang jalan sebagai simbol mengarak semua kejahatan, untuk menyucikan diri menghadap tahun Baru Caka.

Sehari setelah Ngerupuk dengan ogoh-ogoh buta kalanya, malam harinya sudah sepi dan gelap gulita karena tidak boleh menyalakan lampu, atau disebut hari yang memberi kesempatan untuk “mulat sarira” yang artinya introspeksi atau kembali ke jati diri dengan merenung atau meditasi.

Mengawali Tahun Baru Saka, semua umat Hindu melakukan penyepian diri, termasuk warga non Hindu di Bali turut merasakan bagaimana hari raya Nyepi, karena ketika hari raya Nyepi tiba, semua aktivitas dihentikan termasuk pelayanan umum seperti pelabuhan penyeberangan dan bandar udara.

Satu-satunya layanan yang boleh ada penerang hanya rumah sakit demi kesembuhan para pasien. Selain rumah sakit, tidak ada yang boleh melakukan kegiatan di luar rumah, selama 24 jam penuh dimulai dari jam 06.00 sampai jam 06.00 keesokan harinya.

Tapi, apakah sebenarnya Hari Nyepi itu, bagaimana sejarahnya perayaan Nyepi bisa seperti saat ini? Apa tujuan dan makna dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi? Bagaimana cara pelaksanaannya?.

Sejarah Nyepi

Pada tahun 456 Masehi, seorang pendeta penyebar Agama Hindu yang bernama Aji Saka asal dari Gujarat, India masuk ke Indonesia. Ia mendarat di Pantai Rembang, Jawa Tengah dan mengembangkan Agama Hindu di Jawa.

Ketika Majapahit berkuasa, (abad ke-13 M) sistem kalender Tahun Saka dicantumkan dalam Kitab Nagara Kartagama. Sejak itulah, Tahun Saka resmi digunakan di Indonesia.

Masuknya Agama Hindu di Bali kemudian disusul oleh penaklukan Bali oleh Majapahit pada abad ke-14 dengan sendirinya membakukan sistem Tahun Saka di Bali hingga sekarang. Perpaduan budaya (akulturasi) Hindu India dengan kearifan lokal budaya Hindu Indonesia (Bali) dalam perayaan Tahun Baru Caka inilah yang menjadi pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.

Pengertian Nyepi

Nyepi berasal dari kata “sepi” atau “sipeng” yang berarti sepi, hening, sunyi. Seperti namanya perayaan tahun baru caka bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat berbeda dengan perayaan tahun baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan gemerlapnya pesta atau penuh kemeriahan tetapi umat Hindu dalam merayakan Nyepi dilaksanakan dengan menyepi, memilih hening dan sunyi.

Inilah cermin kebijaksanaan dan kejeniusan lehuhur umat Hindu, dimana seperti pada perayaan Hari Raya Siwarari, para leluhur selalu menekankan tentang konsep “mulat sarira”.

Perayaan dalam hening dan sepi agar masyarakat belajar atau introspeksi dengan merenung, meditasi, evaluasi diri dan bertanya  pada diri sendiri, siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita nanti? Selama setahun ini apa kesalahan yang perlu diperbaiki? Bukankah dalam sepi dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai?

Pelaksanaan Nyepi di Bali, Indonesia, memang unik dan istimewa. Konsep “mulat sarira” dengan “Catur Brata Penyepian” nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia sekarang ini. Saat ini bumi sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming, alam yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan permasalahan lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.

Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai aktivitas.

Setahun sekali memberi kesempatan kepada alam semesta untuk bebas menghirup segarnya udara tanpa asap dan polusi kendaraan atau mesin. Penghematan di saat krisis energi seperti saat ini terutama energi listrik karena pada hari tersebut, Bali mampu mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu dan mesin. Nyepi sehari ini ternyata bisa melakukan penghematan penggunaan listrik hingga mencapai Rp10 miliar.

Dengan Nyepi, kita diberi kesempatan memperoleh ketenangan dan kedamaian mendengarkan kicauan burung dan nyanyian alam yang sedang tersenyum sumringah karena bisa beristirahat sejenak pada hari ini setelah setahun bekerja keras memenuhi keinginan manusia yang tidak ada habisnya.

Pelaksanaan Nyepi di Bali bisa seperti saat ini di dukung oleh pemerintah dan dunia internasional dengan penutupan semua pintu masuk ke Bali mulai dari bandara dan pelabuhan-pelabuhan. Penghentian siaran radio dan TV di Bali selama 1 hari 24 jam untuk menghormati umat Hindu yang merayakan, bahkan dunia internasional pun mengakui keluhuran dan keistimewaan pelaksanaan Nyepi di Bali dengan ramainya wacana merayakan untuk menyediakan waktu Nyepi sehari untuk dunia “World Silence Day”.

MAKNA NYEPI

Jika direnungi secara mendalam, Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud.

Mulai dari Melasti dan nyejer atau ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan.

Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan Tuhan yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.

Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada atman (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Tuhan Yang Maha Esa). Dan Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan sesama.

Sehingga, melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembali ke jati diri (mulat sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud.