Hasil UN Tak Ada Gunanya Jika Tidak Jujur

:


Oleh Astra Desita, Selasa, 23 Februari 2016 | 11:06 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 308


Depok, InfoPublik - Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Nizam menegaskan Ujian Nasional (UN) tanpa integritas maka akan menjadi hal yang tak berguna.

"Hasil Ujian Nasional (UN) tidak ada gunanya, jika tidak didasari dengan kejujuran," ujar Nizam konferensi pers Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2016 di Pusdiklat Sawangan Depok, Jawa Barat, Senin (22/2).

Menurut Nizam, mendapat nilai tinggi saat UN merupakan hal yang penting, tetapi kejujuran juga merupakan hal yang tidak bisa dikompromikan. "Indeks integritas mencerminkan tingkat kejujuran dalam pelaksanaan UN. Ini semua dengan satu tujuan yakni agar sekolah menjadi zona terintegritas," jelas Nizam.

Kemdikbud mendorong agar anak memiliki karakter integritas dari sekolah. Meski kejujuran sulit diukur, namun kecurangan bisa diukur. Hanya 20 persen siswa yang mendapat nilai tinggi dan mempunyai nilai integritas tinggi pada UN 2015.

UN untuk tingkat SMA/MA/SMK akan diselenggarakan mulai 4 April. Sementara untuk tingkat SMP/MTS akan diselenggarakan 3 Mei. UN diselenggarakan melalui dua metode yakni ujian berbasis kertas dan ujian berbasis komputer.

Sementara itu, Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Bambang Suryadi mengatakan pelaksanaan UN bukan hanya sekadar amanah konstitusi tetapi tanggung jawab moral.

"Kalau dulu, mengejar kelulusan setinggi-tingginya, maka sekarang pola pikirnya harus berubah. Tidak lagi mengejar nilai, tetapi mengejar kejujuran setinggi-tingginya," katanya.

Bambang menjelaskan sejak dua tahun terakhir terjadi perubahan kebijakan, yang mana UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan. "Dalam konteks UN, kami membuat yang namanya kisi-kisi. Sifatnya irisan, bagian yang sama dalam kurikulum baik itu Kurikulum 2013 maupun KTSP kita berikan dalam UN," kata Bambang.

"UN bertujuan mengukur capaian kompetensi. Pemerintah pada mata pelajaran tertentu, sementara sekolah pada mata pelajaran seluruhnya," pungkasnya.