Grand Syekh Al Azhar Puji Indonesia Jaga Harmoni Dalam Perbedaan

:


Oleh H. A. Azwar, Senin, 22 Februari 2016 | 22:23 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 722


Jakarta, InfoPublik - Grand Syekh Al Azhar, Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb memuji Indonesia yang mampu menjaga harmoni dalam perbedaan.

Menurutnya, Indonesia berhasil mengelola perbedaan pandangan keagamaan dan itu tidak terlepas dari peran para ulama.

“Itu tidak terlepas dari kiprah para ulama yang dapat bermusyawarah dalam menyelesaikan  perbedaan. Ikhtilaf (perbedaan) adalah rahmat,” ujar Syekh Ath-Thayeb yang didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dalam pertemuan dengan sejumlah ulama dan tokoh cendekiawan muslim di kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Senin (22/2).

Dijelaskan Syekh Ath-Thayeb yang juga Ketua Majelis Hukama, perbedaan merupakan sunnatullah. Perbedaan dalam Islam bahkan sudah terjadi sejak zaman Nabi.  Syekh Ath-Thayeb lalu mencontohkan tentang salat. Menurutnya, para Sahabat belajar salat dari Rasulullah SAW. Namun, faktanya ada beberapa perbedaan kaifiyat (tata cara) salat yang sampai kepada umat Muhammad.

“Untuk yang syar’i (prinsip) tidak ada perbedaan. Tapi untuk yang furu’iyah (cabang-cabang keagamaan) terjadi perbedaan pendapat,” jelas Syekh Ath-Thayyeb.

Perbedaan itu, lanjut Syekh Ath-Thayyeb, mulai dari mengangkat kedua tangan saat takbiratul ikhram. Ada pendapat yang hanya sampai depan dada, ada yang berpendapat sampai dua telinga. Demikian juga perbedaan dalam bacaan Al-Fatihah, Maliki tidak didahului basmalah, sementara Syafii harus.

Terkait hal ini, Syekh Ath-Thayyeb menghargai peran MUI yang dapat menghimpun banyak ulama dari beragam ormas dan pemikiran yang berbeda. “MUI menjadi modal besar bagi upaya menyatukan umat Islam dan memberikan penyadaran kepada umat Islam agar tidak mudah terprovokasi,” imbuhnya.

Syekh Ath-Thayyeb, lebih jauh, mengatakan bahwa umat Islam yang berakidah Ahlussunah bersaudara dengan umat Islam dari golongan Syiah. “Sunny dan syiah adalah saudara,” kata Syekh Ath-Thayyeb saat dimintai pandangannya oleh Dirjen Bimas Islam Machasin terkait permasalahan Sunny dan Syiah.

Menurut Syekh Ath-Thayyeb, Islam mempunyai definisi yang jelas. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan salat, berpuasa, berzakat, dan beribadah haji bagi yang mampu.

“Mereka yang melaksanakan lima hal pokok ini maka dia muslim. Kecuali mereka yang mendustakan,” ujar Syekh Ath-Thayyeb.

Syekh Ath-Thayyeb menilai bahwa tidak ada masalah prinsip yang menyebabkan kaum Syiah keluar dari Islam. Bahkan, banyak ajaran Syiah yang dekat dengan pemahaman Sunny. Perbedaan antara Sunny dan Syiah dalam pandangan Syekh Thayyeb hanya pada masalah imamiah.

Syiah mengatakan imamiah bagian dari Ushuluddin, kita mengatakan sebagai masalah furu’. Kalau kita membaca kitab-kitab Syiah yang lama, mereka secara umum menghormati para sahabat, terang Syekh Ath-Thayyeb.

Sementara itu, Ketua Umum MUI KH Makruf Amin menyampaikan terima kasih atas kunjungan Grand Syekh Al Azhar ke Indonesia, khususnya ke kantor MUI. Kunjungan ini akan dapat memperkuat dakwah Islam dan mempererat persaudaraan Indonesia dan Mesir,” kata Makruf.

Kepada Syekh Ath-Thayeb dan rombongan Majelis Hukama, Makruf menjelaskan bahwa Indonesia adalah bangsa dengan  beribu pulau serta beragam suku dan agama. Menurutnya, ada 6 agama resmi, yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.

Dalam agama Islam, mayoritas Indonesia berakidah Ahlussunah wal jamaah dan berpedoman pada beberapa madzhab dalam ibadah dan muamalah, jelas Makruf.

Ditambahkannya, bahwa di Indonesia terdapat beberapa ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, Mathlaul Anwar, Al Wasliyah dan lainnya.

Meski setiap ormas mempunyai tujuan dan cara pandang masing-masing dalam mencapai tujuannya, namun antara satu dan lainnya saling menghargai dan terhimpun dalam MUI, imbuh Makruf.

Bersama Majelis Hukama Al Muslimin yang dipimpinnya, Syekh Ath-Thayyeb dijadualkan akan berada di Indonesia selama enam hari guna menghadiri serangkaian acara. Pagi tadi, Grand Syekh diterima oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara. 

Grand Syekh juga dijadualkan  akan memberikan kuliah umum dan pertemuan dengan para alumni Al Azhar di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu,   akan menerima penganugerahan gelar doktor kehormatan dari UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang. 

Mengakhiri kunjungannya di Indonesia,  Grand Syekh dijadwalkan berkunjung ke Ponorogo untuk mengadakan pertemuan dengan keluarga besar pondok modern Darussalam Gontor, sekaligus pembukaan perayaan 90 tahun pondok tersebut.

Selain memberikan sambutan, Syekh Ahmad Ath-Thayeb juga akan meresmikan gedung Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor. Grand Syekh beserta rombongan dijadwalkan akan kembali ke Mesir pada Jumat (26/2) pagi.