:
Oleh G. Suranto, Selasa, 23 Februari 2016 | 11:22 WIB - Redaktur: G. Suranto - 406
Jakarta, InfoPublik - Peristiwa kabut asap akibat kebakaran lahan, terutama gambut yang dipicu kemarau, serta gejala alam El Nino beberapa waktu lalu, menunjukkan ada hal-hal yang perlu dibenahi dalam pengelolaan lahan dan hutan gambut di Indonesia.
Peneliti gambut Jepang dari Hokkaido University Mitsuru Osaki, dalam peluncuran buku Tropical Peatland Ecosystem di Gedung BBPT, Jakarta Pusat, Senin (22/2), menyampaikan sejak beberapa waktu lalu, para ilmuwan gambut Jepang telah menjalin kerja sama ilmiah dengan ilmuwan Indonesia untuk melakukan pemetaan cadangan karbon di hutan gambut Nusantara.
Selain kerja sama antar ilmuwan, peneliti Jepang ini juga bermitra dengan beberapa instansi, salah satunya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan pengukuran yang lebih presisi kemampuan hutan gambut menyimpan karbon.
Disebutkan, proyek kerjasama Indonesia-Jepang bernama “Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development,”. Proyek ini telah dimulai sejak tahun 2008 dengan pendanaan dari JICA dan Japan Science and Technology Agency (JST) dengan wilayah Kalteng sebagai lokasi penelitian.
Disebutkan, dengan sistem baru Measurement Reporting Verification (MRV) ini, maka peneliti akan mendapat data kebih lengkap tentang lahan gambut, dan akan bisa menjadi panduan dalam manajemen karbon di wilayah mereka.
“Dengan menggunakan teknologi terkini dan metode ilimiah, sistem ini bisa membantu kita untuk mengelola kandungan di hutan gambut,” paparnya.
Ia menambahkan, hutan gambut di wilayah tropis memiliki peran penting bagi keragaman hayati di seluruh dunia, dan menjadi habitat spesies-spesies yang terancam punah. Hutan gambut di Asia Tenggara ini adalah sekitar 70 persen dari seluruh hutan gambut yang ada di wilayah tropis dunia. Sementara itu, hutan gambut di Kalteng dinilai sebagai salah satu hutan gambut yang terpenting bagi cadangan karbon yang ada di dunia.