Kemristekdikti Punya Terobosan Baru Pengembangan Riset

:


Oleh Astra Desita, Jumat, 19 Februari 2016 | 21:20 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 285


Jakarta, InfoPublik - Kemristekdikti melakukan terobosan baru bagi pengembangan riset di Indonesia. Tujuannya menciptakan lingkungan yang kondusif dalam pelaksanaan riset.

"Terobosan baru tersebut adalah melalui adanya akun barang dengan perlakuan khusus untuk riset, mekanisme block grant dan adanya SBK dengan klasifikasi manuscript, model, publikasi nasional, publikasi nasional terakreditasi, publikasi internasional, publikasi internasional bereputasi, dan riset berbasis inovasi berdasar tingkat kesiapan teknologi," tutur Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristekdikti, Muhammad Dimyati, pada acara coffe morning di Gedung Kemristekdikti Senayan Jakarta, Jumat (19/2).

Menurut Muh Dimyati, hambatan kegiatan penelitian selama ini ada dalam struktur penganggaran akun belanja barang (52), yang menyebabkan pertanggungjawaban keuangan kepada peneliti.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Kemristekditi melakukan berbagai diskusi dengan instansi terkait. Salah satu usulan adalah penyederhanaan pertanggungjawaban anggaran penelitian.

Karenanya kata dia, Kemristekdikti menyusun Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), sebagai panduan peta kerja teknis bagi seluruh pemangku kepentingan nasional dalam tahap perencanaan sampai evaluasi, khususnya terkait dengan anggaran, sehinga para peneliti dapat berkinerja sesuai standar global, yaitu melakukan riset dengan baik, mempublikasi hasilnya, mempatenkan, dan bertransaksi lisensi secara terhormat.

Dimyati menambahkan bahwa salah satu perhatian khusus yang perlu didukung untuk memperkuat kuantitas dan kualitas penelitian adalah infrastruktur.

"Indonesia harus mengedepankan infrastruktur, mengingat seorang peneliti harus berada dekat obyek penelitian dan dengan komunitas untuk mendiskusikan letak permasalahannya di mana tanpa halangan pekerjaan lain, terutama terkait penyusunan pertanggung jawaban keuangan yang relatif kaku," katanya.

Saat ini lanjut Dimyati, negara-negara tetangga berlomba mengejar kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, pembelanjaan penelitian dan pengembangan. Negara Tiongkok mencapai 2 persen terhadap PDB, jauh melebihi Indonesia yang masih pada kisaran 0,09 persen terhadap PDB.

Dimyati menyebutkan di tahun 2013, PDB Indonesia jauh lebih kecil sekitar 868,3 Miliar dollar AS sedangkan PDB Tiongkok 9,24 triliun dollar AS. Sekilas melihat data di tahun 2010, Tiongkok berada di posisi 10 besar negara asal peneliti asing di Indonesia, dan jumlah persentase peneliti Tiongkok sebesar 3 persen terhadap total peneliti asing lainnya.

Tahun 2011 jumlahnya 4 persen,  di tahun 2012 naik jadi 6 persen, tahun 2013 jumlahnya 8 persen. Riset peneliti Tiongkok di Indonesia terutama pada bidang oseanografi menempati urutan keenam pada tahun 2014.

"Dari tahun ke tahun, jumlah izin penelitian yang melibatkan peneliti asing terus naik selama periode 2000-2014. Di tahun 2000, jumlah izin penelitian yang dikeluarkan sebanyak 116 izin. Dan mulai bertambah di tahun 2006 menjadi 309 izin, kemudian sempat mencapai 547 izin di 2010. Tahun 2014, jumlahnya menjadi 512 izin," katanya.

Dimyati mengatakan, di tahun 2014, negara asal peneliti asing terbanyak ialah Amerika Serikat dengan jumlah peneliti 23 persen. Jepang pada urutan kedua dengan menyumbang 19 persen, diikuti Perancis 14 persen, Jerman 13 persen, dan Australia 8 persen.