:
Oleh Yudi Rahmat, Sabtu, 25 Juni 2016 | 05:22 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 517
Jakarta, InfoPublik - Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menegaskan kejadian penyanderaan yang berulang kali oleh Kelompok Abu Sayyaf terhadap awak kapal berbendera Indonesia sudah bentuk pemerasan.
Menurut TB Hasanuddin, Indonesia sebelumnya telah sangat toleran terhadap perompak dengan bersedia memberi tebusan demi menyelamatkan awak kapal yang disandera.
Tebusan ini kata dia, dimanfaatkan oleh perompak sebagai satu kelemahan untuk memeras kembali.
Hasanuddin pun mempertanyakan sejauh mana telah dilakukan pencegahan melalui operasi patroli. Baik patroli sendiri maupun patroli bersama antarnegara.
"Kemana itu patroli bersama antarnegara? Mengapa selama ini tidak efektif, lalu bentuk MoU itu seperti apa?" tegas Hasanuddin di Jakarta, Sabtu(25/06).
Lebih lanjut, Hasanuddin juga mempertanyakan soal perilaku para anak buah kapal (ABK) yang melintasi wilayah perairan rawan. Seharusnya, pasca kejadian sebelumnya, para ABK kapal menjadi semakin waspada.
"Kenapa para ABK tidak pernah berkoordinasi minta pengawalan dari pihak keamanan khususnya TNI AL misalnya? Mengapa bisa terulang lagi?" tegasnya.
Pemerintah sudah mengakui adanya peristiwa penyanderaan ABK Indonesia, yang sudah terjadi untuk ketiga kalinya. Dalam dua peristiwa sebelumnya, Pemerintah Indonesia berhasil melakukan pembebasan keseluruhan ABK.
Penculikan ABK pertama kali terjadi pada 26 Maret yakni sebanyak 10 ABK, kemudian pada 15 April 2016 sebanyak empat ABK, dan terakhir 20 Juni 2016 sebanyak tujuh ABK.
Yang terakhir ini justru dibantah oleh Panglima TNI. Ancaman kelompok bersenjata di Filipina Selatan semakin besar setelah sejumlah peristiwa penculikan dan penyanderaan warga asing, termasuk WNI.
Solusi kedepan, imbau TB Hasanuddin, tingkatkan koordinasi "joint patrol" bersama negara-negara tetangga, khususnya dengan negara Asean. "Diberlakukannya segera perlunya aturan wajib lapor ABK untuk minta pengawalan dari aparat patroli laut terutama saat melintasi daerah-daerah rawan perompakan," pungkas TB Hasanuddin.