- Oleh Putri
- Rabu, 13 November 2024 | 22:34 WIB
: Pedagang menawarkan beras kepada calon pembeli di Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (25/1/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa.
Oleh Eko Budiono, Selasa, 12 November 2024 | 11:32 WIB - Redaktur: Untung S - 218
Jakarta, InfoPublik – Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tomsi Tohir, mengingatkan pemerintah daerah (pemda) untuk fokus pada pengendalian harga eceran tertinggi (HET) sebagai langkah strategis dalam mengendalikan inflasi.
Menurut Tomsi, pengawasan terhadap HET harus dilakukan secara optimal untuk mencegah fluktuasi harga yang dapat terjadi setiap minggunya. "Bagaimana kita bisa mengatasi ini supaya harga tidak berubah-ubah setiap minggu," kata Tomsi dalam keterangan resminya, Senin (12/11/2024).
Tomsi juga meminta pemda untuk memantau secara intensif harga-harga barang yang berpotensi mengalami kenaikan signifikan, terutama pada barang-barang kebutuhan pokok. Dengan langkah tersebut, pemda dapat memberikan respons yang cepat terhadap perubahan harga yang terjadi.
Berdasarkan laporan dari Perum Bulog, pemerintah mencatat masih ada peluang komoditas, seperti gabah, yang harganya di beberapa wilayah berada di bawah harga acuan. Penyerapan gabah di wilayah tersebut diharapkan dapat menambah cadangan beras di Bulog, yang nantinya dapat digunakan untuk mengintervensi harga beras dan menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.
Selain itu, Tomsi menyebutkan bahwa harga bawang merah menunjukkan tren peningkatan, meskipun masih dalam batas harga acuan. Pemerintah juga memberi perhatian khusus terhadap harga gula yang tercatat meningkat di beberapa daerah.
Tomsi menambahkan bahwa pada pertemuan berikutnya, ia meminta pemda untuk menyampaikan laporan terkait perkembangan hasil intervensi, termasuk penurunan harga beras dan dampaknya terhadap cadangan pangan nasional. "Mudah-mudahan minggu depan kita bisa mendapatkan laporan terbaru mengenai upaya mengendalikan harga beras di tingkat konsumen," ujarnya.
Sebagai informasi, inflasi year-to-date (Januari-Oktober 2024) tercatat sebesar 0,82 persen. Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar pada periode tersebut antara lain rokok kretek mesin, emas perhiasan, kopi bubuk, daging ayam ras, ikan segar, beras, dan bawang merah. Sebaliknya, komoditas seperti tomat, cabai merah, telur ayam ras, dan cabai rawit memberikan andil deflasi pada periode yang sama.