- Oleh Fatkhurrohim
- Kamis, 19 Desember 2024 | 21:32 WIB
: Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat memberikan penjelasannya di peluncuran Metode Baku Perhitungan Susut Pangan pada Petani dan Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel di Jakarta pada Selasa (24/9/2024)/Foto : Humas Bapanas
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 25 September 2024 | 05:55 WIB - Redaktur: Untung S - 351
Jakarta, InfoPublik – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menegaskan komitmen bersama para stakeholders pangan dalam menurunkan Susut dan Sisa Pangan (SSP). Langkah itu bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi food loss dan waste untuk keberlanjutan sistem pangan.
Komitmen itu dilakukan lewat peluncuran Metode Baku Perhitungan Susut Pangan pada Petani dan Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel dilaksanakan pada Selasa (24/9/2024) di Jakarta, bersama Kementerian PPN/Bappenas dan mitra Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL), seperti Garda Pangan, Parongpong RAW Lab, dan WRI Indonesia.
"Perhitungan yang akurat mengenai susut dan sisa pangan sangat penting untuk perencanaan pangan yang lebih baik. Dengan metode baku ini, kita bisa mengukur dan mengurangi food loss dari proses produksi hingga ke tingkat konsumsi," jelas Arief Prasetyo Adi.
Susut Pangan mengacu pada penurunan kuantitas pangan yang terjadi sepanjang rantai produksi, sedangkan Sisa Pangan adalah makanan yang masih layak namun berpotensi menjadi sampah pada tahap distribusi dan konsumsi. Dengan metode perhitungan ini, stakeholder dapat mengambil langkah strategis untuk mengurangi kehilangan pangan.
Sinergi pentahelix yang melibatkan berbagai pihak—pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan konsumen—dianggap kunci penting dalam menanggulangi susut dan sisa pangan. Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi NFA, Nyoto Suwignyo, menyatakan bahwa metode ini telah diuji coba di 15 provinsi dalam program Gerakan Selamatkan Pangan.
Bappenas juga menyambut baik upaya Bapanas dalam menangani isu ini, dengan menyebut bahwa langkah ini adalah kontribusi nyata Indonesia dalam menanggulangi food loss and waste secara global.
Duta Besar Norwegia, Rut Krüger Giverin, turut mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dari sektor pangan. Sementara itu, Gina Karina, Kepala Sekretariat KSPL, menegaskan bahwa metode ini disesuaikan dengan kondisi Indonesia dan diharapkan bisa mencapai target penurunan susut dan sisa pangan sebesar 50 persen pada 2030.
Berdasarkan data Bappenas, susut dan sisa pangan di Indonesia mencapai 115-184 kilogram per kapita per tahun antara 2000-2019, menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 4-5 persen dari PDB per tahun.