- Oleh Isma
- Selasa, 1 Oktober 2024 | 22:40 WIB
: Foto: Tangkapan Layar Kanal Youtube OJK
Jakarta, InfoPublik – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil meskipun menghadapi ketidakpastian global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia. Stabilitas tersebut didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. Hal ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 28 Agustus 2024.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Agustus 2024, Jumat (6/9/2024), menjelaskan bahwa perekonomian global secara umum masih lemah, meskipun inflasi cenderung moderat.
"Pasar tenaga kerja AS mulai mengalami penurunan yang mendorong The Fed bersikap lebih dovish, yang meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan di tahun 2024," jelas Mahendra.
Di Eropa, kondisi ekonomi masih menghadapi tekanan dengan inflasi yang terus persisten, dan pasar memprediksi Bank Sentral Eropa (ECB) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September 2024.
Sementara itu, ekonomi Tiongkok mengalami perlambatan akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Pemerintah Tiongkok dan bank sentralnya terus berupaya menstimulasi perekonomian melalui kebijakan fiskal dan moneter.
Mahendra juga menyoroti peningkatan tensi geopolitik global, terutama dinamika politik di Amerika Serikat menjelang Pemilihan Presiden pada November 2024, serta ketidakstabilan yang mungkin terjadi di Timur Tengah dan Rusia akibat eskalasi konflik di perbatasan Ukraina.
Selain itu, pelemahan permintaan global telah menyebabkan harga komoditas turun, meskipun yield UST (United States Treasury) dan dolar AS secara umum melemah karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed dalam waktu dekat.
Mahendra mencatat bahwa kondisi ini mendorong masuknya aliran modal (inflow) ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang telah memperkuat pasar keuangan domestik, terutama di pasar obligasi dan nilai tukar.
Di dalam negeri, ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang melampaui ekspektasi, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang meningkat. Tingkat inflasi inti juga terjaga, sementara surplus neraca perdagangan terus berlanjut.
"Pertumbuhan ekonomi yang kuat juga tercermin dalam peningkatan kinerja emiten pada Triwulan 2 2024, di mana pendapatan dan penyerapan tenaga kerja masing-masing tumbuh 4,94 persen dan 2,73 persen secara tahunan (yoy)," kata Mahendra. Namun, ia juga mengingatkan bahwa pemulihan daya beli masyarakat berlangsung relatif lambat dan perlu dicermati.