- Oleh Isma
- Selasa, 15 Oktober 2024 | 19:59 WIB
: Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam The Weekly Brief With Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2024). Foto: Biro Komunikasi Kemenparekraf
Oleh Untung Sutomo, Senin, 12 Agustus 2024 | 17:52 WIB - Redaktur: Untung S - 237
Jakarta, InfoPublik – Sektor ekonomi kreatif Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif hingga triwulan I 2024. Capaian nilai tambah ekonomi kreatif diperkirakan mencapai Rp749,58 triliun, atau sekitar 55,65 persen dari target tahunan sebesar Rp1.347 triliun. Pemerintah berharap capaian ini dapat terus meningkat pada semester kedua.
"Semester kedua mudah-mudahan bisa tercapai dan mungkin bisa lebih baik lagi. Alhamdulillah," ujar Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam acara "The Weekly Brief With Sandi Uno" di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2024).
Nia menjelaskan bahwa tiga sektor unggulan yang berkontribusi signifikan terhadap nilai tambah ekonomi kreatif adalah kuliner, fesyen, dan kriya. Ketiga subsektor ini diidentifikasi berdasarkan survei yang dilakukan oleh Deputi Bidang Kebijakan Strategi Kemenparekraf/Baparekraf kepada pelaku sektor ekonomi kreatif.
Sedangkan untuk ekspor, pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi kreatif mencapai 27,53 miliar dolar AS. Data dari Dirjen Bea dan Cukai Kemenkeu menunjukkan bahwa pada semester I 2024, nilai ekspor ekonomi kreatif mencapai 12,36 miliar dolar AS. Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 4,46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), terutama berkat peningkatan permintaan ekspor di sektor kriya dan fesyen. "Kalau secara total untuk ekspor ini sudah mencapai 44,89 persen," tambah Nia.
Nilai ekspor ekonomi kreatif berdasarkan komoditas didominasi oleh empat sektor utama, yaitu fesyen dengan nilai 6.767,62 juta dolar AS, kriya sebesar 4.755,79 juta dolar AS, kuliner sebesar 829,66 juta dolar AS, dan penerbitan sebesar 6,15 juta dolar AS.
"Jika berbicara tentang wisatawan nusantara, di dalam negeri sektor kuliner lebih banyak diminati karena masyarakat Indonesia sering mencari makanan khas saat bepergian. Namun, untuk ekspor, sektor fesyen menjadi yang utama, diikuti oleh kriya, kuliner, dan penerbitan," jelas Nia.
Adapun lima negara tujuan utama ekspor ekonomi kreatif Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai 4.078,09 juta dolar AS, Swiss 908,47 juta dolar AS, Jepang 619,28 juta dolar AS, Hong Kong 582,63 juta dolar AS, dan India 541,78 juta dolar AS.
"Data itu menggambarkan pencapaian sektor ekonomi kreatif khususnya dalam dua komponen utama, yaitu nilai tambah ekonomi kreatif dan ekspor ekonomi kreatif, yang merupakan bagian dari 9 komponen Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenparekraf," kata Nia.