UMKM Didorong Manfaatkan Pasar Modal melalui IPO

: Plt. Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Satya Permana dalam acara SME IPO Forum Pasar Modal dan Sosialisasi Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel)/Foto: Kemenkop UKM


Oleh Putri, Minggu, 11 Agustus 2024 | 21:33 WIB - Redaktur: Untung S - 253


Jakarta, InfoPublik – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mengajak para pelaku UMKM untuk tidak hanya mengandalkan perbankan dalam memenuhi kebutuhan permodalan, tetapi juga memanfaatkan pasar modal dengan melakukan Initial Public Offering (IPO). Langkah itu dianggap mampu membantu UMKM tumbuh menjadi usaha besar.

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang UKM KemenkopUKM, Temmy Satya Permana, menyampaikan hal ini dalam acara SME IPO Forum Pasar Modal dan Sosialisasi Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Kamis, 8 Agustus 2024. Menurutnya, dengan melakukan IPO di pasar modal, UMKM dapat meningkatkan kepercayaan publik, mendapatkan pendanaan, meningkatkan pengawasan usaha, memperluas skala usaha, dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.

“Bursa saat ini tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar, tetapi juga menjadi sumber pendanaan yang potensial bagi UMKM,” kata Temmy dalam keterangan resminya yang dikutip InfoPublik pada Minggu (11/8/2024).

Untuk mendorong pertumbuhan dan partisipasi UMKM serta koperasi di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan Peraturan Nomor 53/POJK.04/2017. Peraturan ini memungkinkan perusahaan dengan aset skala kecil (hingga Rp50 miliar) atau menengah (Rp50 miliar hingga Rp250 miliar) untuk masuk ke pasar modal dan memperoleh pendanaan.

Selain itu, program Small Business Enterprise Initial Public Offering (SME IPO) juga diinisiasi sebagai bentuk pendampingan dari KemenkopUKM bersama IDX Incubator (BEI) kepada usaha kecil dan menengah untuk memasuki ekosistem pasar modal.

Temmy optimistis bahwa UMKM dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan melalui sosialisasi dan pelatihan menuju IPO, guna memperluas permodalan mereka dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menargetkan hingga akhir tahun ini, sebanyak 10 UMKM akan dibantu untuk masuk pasar modal.

“Saya yakin iklim ini sangat baik untuk berkembang. Kami optimistis akan ada lebih banyak UMKM yang bisa masuk papan akselerasi,” ujar Temmy.

Ia juga berharap kegiatan sosialisasi dan pelatihan untuk persiapan IPO dapat mendorong UMKM untuk mengambil langkah strategis menjadi perusahaan publik, yang memiliki kredibilitas, profitabilitas yang bertumbuh, dan berkembang menjadi usaha skala besar.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menambahkan bahwa di tengah kondisi global yang penuh tantangan, disrupsi teknologi mendorong pelaku usaha untuk menciptakan sistem bisnis berbasis teknologi yang lebih efisien, fleksibel, dan berkelanjutan.

“Dengan industri perbankan yang masih menerapkan suku bunga tinggi, pasar modal menjadi solusi yang paling feasible bagi UMKM untuk memperoleh pendanaan jangka panjang dan memperkuat struktur permodalan usaha,” kata Inarno.

Manfaat IPO untuk UMKM

Inarno menjelaskan bahwa terdapat sejumlah manfaat yang akan diperoleh UMKM jika melakukan IPO. Pertama, UMKM dapat memperoleh sumber pembiayaan jangka panjang yang baru. Kedua, IPO dapat meningkatkan nilai perusahaan dan tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG), serta meningkatkan loyalitas dan kepercayaan stakeholder perusahaan. Ketiga, terdapat insentif pajak bagi perusahaan yang melakukan IPO, termasuk potongan PPh sebesar lima persen. KemenkopUKM juga menyediakan insentif bagi 10 perusahaan terbaik yang akan IPO.

Dengan pertimbangan tersebut, OJK bekerja sama dengan KemenkopUKM mengadakan sosialisasi pasar modal sebagai sumber pendanaan di berbagai daerah, salah satunya di Makassar.

“Dengan kebijakan yang telah disiapkan OJK dan melihat kondisi pasar yang cukup diminati di pasar domestik, diharapkan pelaku UMKM dapat memanfaatkan pasar modal, mengingat besarnya manfaat yang bisa diperoleh,” jelas Inarno.

Selain itu, Securities Crowdfunding (SCF) yang menjadi salah satu alternatif pendanaan sebelum IPO, telah dilakukan oleh 17 penyelenggara yang mendapatkan izin dari OJK. Hingga saat ini, terdapat 570 penerbit, 158.000 pemodal, dan total dana yang diperoleh dari SCF mencapai Rp1,14 triliun.

Hingga 30 Juli 2024, jumlah investor di pasar modal juga meningkat sebesar 9,50 persen, mencapai 13,32 juta dibanding akhir 2023.

“Melihat pasar modal dan indikator tersebut, memberikan gambaran bahwa pasar modal Indonesia masih menjadi sarana penghimpunan dana yang kredibel, mendukung, dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis,” pungkas Inarno.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Senin, 9 September 2024 | 19:24 WIB
Kemenkop UKM Bantu 30 Juta UMKM Masuk Pasar Digital
  • Oleh Putri
  • Senin, 9 September 2024 | 19:23 WIB
UMKM Tulang Punggung Ekonomi Nasional, Sumbang 60 Persen PDB
  • Oleh Putri
  • Senin, 9 September 2024 | 19:18 WIB
Peran Penting UMKM Perkuat Perekonomian Indonesia