Inflasi Juli 2024 Rendah dan Stabil

: Foto: ANTARA


Oleh Isma, Sabtu, 3 Agustus 2024 | 18:56 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 422


Jakarta, InfoPublik - Inflasi pada Juli 2024 tercatat 2,13% (yoy), rendah dan stabil, khususnya sebagai hasil kerja sama Pemerintah dengan semua pihak dalam mengendalikan harga pangan.

Inflasi harga diatur pemerintah (administered price) juga mengalami penurunan, tercatat sebesar 1,47% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kelompok transportasi seiring selesainya masa liburan sekolah. Sementara itu, inflasi inti masih stabil sebesar 1,95% (yoy), didorong oleh inflasi kelompok pendidikan, perawatan pribadi, dan perumahan.

Berbagai komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai merah, dan tomat mengalami penurunan harga, didorong pasokan yang memadai di tengah musim panen. Selain itu, musim kemarau juga mendorong peningkatan produksi ikan-ikanan sehingga harga menurun. Hal ini menyebabkan penurunan inflasi pangan menjadi sebesar 3,63% (yoy), dari 5,96% (yoy) pada Juni 2024.

“Terjaganya harga pangan ini sangat mendukung pencapaian sasaran inflasi. Dari sisi konsumsi, ini juga menjadi penopang bagi daya beli masyarakat. Pemerintah tetap mewaspadai risiko musim kemarau yang dapat mempengaruhi pada produksi beras dan produk hortikultura. Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus dilanjutkan untuk mengantisipasi potensi dampak gangguan cuaca. Selain itu, risiko imported inflation juga terus dimonitor seiring dinamika harga komoditas global,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu di Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Pada kesempatan yang sama, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 tercatat pada level 49,3. Komponen tingkat output dan permintaan baru dalam PMI termoderasi, terutama akibat gejolak geopolitik global. Meskipun demikian, komponen Indeks Kepercayaan Bisnis terhadap prospek produksi ke depan berada pada level tertinggi sejak Februari 2024. Produsen optimis bahwa volume penjualan akan meningkat dan kondisi pasar akan kembali menguat di tahun depan, sejalan dengan proyeksi IMF untuk pertumbuhan ekonomi 2025 yang naik ke 3,3% (2024: 3,2%).

Terlepas dari dampak negatif gejolak geopolitik terhadap rantai pasok global, kondisi saat ini sekaligus menjadi momentum bagi pelaku industri untuk terus memperkuat daya saing dan berinovasi dalam aktivitas perdagangan global. Selain itu, inflasi harga input yang dalam tren penurunan diharapkan turut menopang kinerja ke depan. Selaras dengan momentum tersebut, dukungan kebijakan Pemerintah terus dioptimalkan sehingga sektor manufaktur diharapkan dapat turut membantu penyerapan lapangan kerja di tengah stagnasi global.

“Secara keseluruhan, Pemerintah masih optimis dengan kinerja sektor manufaktur. Pada triwulan II lalu, penanaman modal pada industri logam dasar tumbuh double digit, sejalan dengan semangat transformasi industri. Namun, kita juga akan tetap memperhatikan beberapa subsektor di industri kita tengah menghadapi kondisi yang tidak mudah dengan situasi global saat ini. Pemerintah terus berkolaborasi dengan semua pihak untuk langkah-langkah mitigasi,“ urai Febrio.

Di tengah moderasi level PMI Indonesia, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia juga mengalami tantangan yang sama, seperti Tiongkok (49,8), Amerika Serikat (49,5), dan Jepang (49,1). Negara-negara tetangga juga menunjukkan tren perlambatan aktivitas sektor manufaktur, seperti Malaysia dan Australia masing – masing berada pada level 49,7 dan 47,5.