:
Oleh Tri Antoro, Senin, 22 Mei 2023 | 12:35 WIB - Redaktur: Untung S - 1K
Nusa Dua, InfoPublik - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 Media se-Asia Pasifik 2023 (18th Asia Media Summit 2023), akan mendorong industri penyiaran di negara terbelakang dapat menjadi lebih modern.
Negara yang dimaksud antara lain Bangladesh, Nepal, dan Bhutan. Ketiganya, masuk dalam daftar organisasi internasional United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) sebagai negara terbelakang atau least developed countries.
"Kami ingin mengedukasi menggunakan teknologi, sebab semua kalangan kini tengah beradaptasi menggunakan teknologi yang otomatis," kata Program Manager Asia-Pasific Institute for Broadcasting Development (AIBD) Praneel Prasad kepada InfoPublik.id di 18th Asia Media Summit 2023, Nusa Dua, Bali pada Senin (22/5/2023).
Seperti yang diberikan dalam sesi pelatihan yang bertema engineering fundamentals in the era of automation atau fundamental teknik penyiaran di era otomatisasi. Dalam sesi tersebut, AIBD berkolaborasi dengan LPP TVRI memberikan pelatihan selama dua hari berturut-turut mengenai teknik penyiaran di era otomatisasi pada negara tersebut.
Dengan harapan, negara itu dapat mengadopsi setiap informasi yang berkaitan dengan fundamental teknik penyiaran di era otomatisasi. Dari mulai transisi dari analog ke digital, transformasi digital hingga penerapan teknologi yang meningkat kualitas penyiaran lebih baik.
Melalui pelatihan yang diberikan dalam rangkaian 18th Asia Media Summit 2023, akan membuat negara-negara itu mampu mengikuti tren penggunaan teknologi penyiaran layaknya di negara maju.
"Membuat para pelaku industri media di negara itu mengimplementasi penggunaan teknologi yang modern," kata Praneel.
Dipilihnya tema itu, lanjut Praneel, sesuai dengan tren perubahan dunia penyiaran yang mengadaptasi kemajuan dari teknologi yang lebih modern. Jadi, para pelaku industri media yang berasal dari negara itu, dapat mengetahui esensinya dari implementasi penggunaan teknologi modern dalam aktivitas penyiaran.
Dengan mengetahui hal itu, para pelaku industri media di negara itu mampu menerapkan teknologi modern setelah kegiatan di atas. Dan mengambil banyak keuntungan dari penerapan teknologi modern dalam aktivitas penyiaran.
"Dahulu ketika melakukan penyiaran memerlukan banyak peralatan, saat ini dapat diefisienkan dengan penggunaan teknologi modern," kata Praneel.
Praneel meyakini, upaya pelatihan yang digelar secara rutin dapat membuat pelaku industri penyiaran di negara-negara tersebut dapat beradaptasi dengan teknologi modern. Dalam beberapa tahun mendatang negara itu akan terbiasa menggunakan teknologi modern dalam setiap aktivitas penyiaran.
Dengan begitu, setiap lembaga penyiaran se-Asia Pasifik dapat menggunakan teknologi modern yang sama pada setiap aktivitas penyiaran.
"Itu yang sedang kita implementasikam pada saat ini," kata Praneel.
Diketahui, ke-18 Media se-Asia Pasifik 2023 di Bali yang digelar pada 22 hingg 25 Mei 2023 dihadiri oleh lebih dari 300 delegasi dari berbagai media se-Asia Pasifik.
Peserta delegasi berasal dari beragam profesi, seperti anggota parlemen, CEO, dan pembuat keputusan dari berbagai belahan dunia datang menghadiri konferensi tahunan ini.
Konferensi ini mengundang para pembuat keputusan, profesional media, cendekiawan, dan pemangku kepentingan berita dan program dari negara-negara Asia, Pasifik, Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Utara.
Para delegasi tersebut mengikuti sejumlah pertemuan diskusi dengan berbagai tema, diantaranya pendekatan teknologi media penyiaran baru, dasar-dasar penyiaran digital, dan dasar-dasar rekayasa di era otomasi.
KTT Media se-Asia Pasifik ke-18 ini mengusung tema Media Enhancing Economic Sustainability atau peran media meningkatkan ekonomi berkelanjutan. Tema ini berkaitan dengan peran media dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Foto: Amiriyandi InfoPublik