:
Oleh Dian Thenniarti, Rabu, 10 Februari 2021 | 15:23 WIB - Redaktur: Untung S - 1K
Jakarta, InfoPublik - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan perekonomian di sejumlah negara pada Triwulan 4-2020 menunjukkan perbaikan walaupun perkembangannya masih lemah. Hal ini tercermin dari indeks PMI global yang menunjukkan peningkatan pada Oktober 2020, meski kembali melambat pada November dan Desember 2020.
Namun perbaikan ini masih terhambat oleh kasus penyebaran COVID-19 yang secara global masih tinggi.
BPS juga mencatat laju pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar -13,42 persen pada Triwulan 4-2020 (y-on-y). BPS menyebutkan fenomena masih terbatasnya pergerakan atau mobilitas sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang melatarbelakangi kontraksi lapangan usaha itu.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi menyatakan, kontraksi sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan) itu akibat kontraksi pada beberapa lapangan usaha lainnya.
"Pada periode itu, berdasarkan data BPS, kontraksi terjadi pada lapangan-lapangan usaha industri pengolahan (-3,14 persen), perdagangan (-3,64 persen), konstruksi (-5,67 persen), serta pertambangan dan penggalian (-1,20 persen). Sementara, lapangan usaha yang tumbuh positif adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan (2,59 persen)," ungkapnya Rabu (10/2/2021).
Setijadi menyampaikan bahwa walaupun sektor logistik pada periode itu terkontraksi, namun justru terjadi kencenderungan positif. Pada Triwulan II dan III, laju pertumbuhan transportasi dan pergudangan berturut-turut sebesar -30,80 dan -16,71 persen.
Kecenderungan positif itu, lanjut Setijadi, sejalan dengan laju pertumbuhan beberapa kelompok lapangan usaha. "Pertumbuhan industri pengolahan, misalnya, pada Triwulan II dan III berturut-turut sebesar -6,18 persen dan -4,34 persen. Sementara, perdagangan pada Triwulan II dan III itu pertumbuhannya berturut-turut sebesar -7,59 persen dan -5,05 persen," jelasnya.
Hal itu juga sesuai dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Triwulan II, III, dan IV, laju pertumbuhan ekonomi berturut-turut sebesar -5,32 persen; -3,49 persen; dan -2,19 persen.
Lebih lanjut Setijadi menyatakan, sektor logistik mengalami kecenderungan pertumbuhan karena permintaan jasa logistik dalam negeri. Misalnya, jasa transportasi untuk pengiriman tanaman hortikultura (buah-buahan dan sayur-sayuran) yang relatif stabil bahkan mengalami peningkatan.
Mengacu terhadap data BPS, pertumbuhan positif untuk komoditas itu terjadi pada Triwulan III dan Triwulan IV tahun 2020 berturut turut sebesar 5,74 persen dan 7,85 persen (y-on-y). Bahkan, untuk tanaman pangan, terjadi tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi pada Triwulan III (7,18 persen) dan Triwulan IV (10,47 persen) tahun 2020 itu.
Setijadi berharap perusahaan-perusahaan penyedia jasa logistik dapat memanfaatkan peluang kebutuhan jasa logistik untuk penanganan komoditas dalam negeri. Penyedia jasa logistik juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas prosesnya untuk pengembangan rantai pasok komoditas nasional.
Selain akan berdampak terhadap tingkat ketersediaan dan harga komoditas yang lebih baik untuk kebutuhan dalam negeri, peningkatan efisiensi dan efektivitas penyedia jasa logistik juga akan meningkatkan daya saing komoditas nasional.