BI Pertahankan 7 Day Reverse Repo Rate pada Level 4,75%

:


Oleh lsma, Senin, 22 Mei 2017 | 11:05 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 638


Jakarta, InfoPublik - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) di level 4,75 persen dengan suku bunga deposit facility tetap sebesar 4 persen dan lending facility tetap sebesar 5,5 persen. Keputusan ini berlaku efektif sejak 21 April 2017.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (20/5) menjelaskan bahwa keputusan tersebut konsisten dengan upaya BI menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, kendati tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global maupun domestik.

Dari sisi global, menurut Tirta, terdapat indikasi perbaikan prospek perekonomian negara maju, namun sejumlah risiko tetap perlu dicermati terutama wacana penurunan besaran neraca bank sentral AS dan faktor geopolitik. Sementara itu, dari sisi domestik, beberapa risiko yang tetap perlu diwaspadai adalah dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi dan masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan yang menyebabkan belum optimalnya dampak stimulus perekonomian.

"BI terus berupaya memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. BI juga akan melanjutkan koordinasi bersama pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan," kata Tirta.

Prospek pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan terus membaik meskipun masih terdapat risiko yang perlu dicermati. Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin solid didukung oleh konsumsi sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang positif dan investasi yang membaik, terutama di sektor energi seiring dengan kenaikan harga minyak.

Begitu juga dengan perekonomian Eropa berpotensi meningkat ditopang perbaikan konsumsi dan ekspor. Perekonomian Tiongkok diperkirakan tetap kuat didukung oleh konsumsi dan investasi, khususnya infrastruktur. Meskipun harga komoditas dunia termasuk minyak diperkirakan tetap tinggi, perkembangan inflasi global diperkirakan tetap terkendali.

“Ke depan, sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai, antara lain wacana penurunan besaran neraca bank sentral AS dan dampaknya terhadap pasar keuangan global, kelanjutan kenaikan suku bunga di AS serta perkembangan geopolitik terkini di beberapa kawasan,” jelasnya.