:
Oleh Baheramsyah, Jumat, 16 Desember 2016 | 07:35 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian menyatakan, impor kedelai tahun 2016 ini sebesar 68 persen dari jumlah kebutuhan kedelai nasional yang mencapai 2,7 juta ton. Impor kedelai tersebut dibutuhkan untuk bahan baku industri tempe.
Hingga saat ini kebutuhan kedelai Indonesia masih bergantung dari impor. Setiap tahun, rata-rata angka impor kedelai di atas 2 juta ton, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.
Direktur Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian (Kementan), Dwi Iswari, mengatakan untuk tahun 2016 ini sebanyak 68 persen kebutuhan kedelai ini dipasok dari impor. Kondisi ini membuat swasembada bahan baku tempe ini butuh waktu beberapa tahun lagi.
"Kedelai untuk impor saja sekarang masih 68 persen dari total kebutuhan. Kebutuhan kita setiap tahun 2,7 juta ton, sementara jumlah produksi baru 885.000 ton, impornya 1,8 juta ton," ujar Dwi di seminar Tantangan dan Peluang Agribisnis 2017 di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (15/12).
Lantaran kecilnya produksi kedelai dalam negeri serta keterbatasan anggaran, Kementan sendiri saat ini baru fokus pada dua tanaman pangan pokok lainnya yakni beras dan jagung.
"Jadi kita harus hilangkan kata le (kedelai) dulu dalam program swasembada pajale (padi jagung kedelai), karena yang kedelai ini masih lama swasembadanya. Karena impornya saja masih 68 persen, sementara paja (padi jagung) dulu," jelas Dwi.
"Konotasinya harus diganti, karena swasembada kedelai ini masih sangat sulit. Karena saat ini fokuskan dulu di jagung dan padi," pungkasnya.