Pertumbuhan Kredit 2017 Diproyeksikan Tumbuh Hingga 12 Persen

:


Oleh Amrln, Kamis, 1 Desember 2016 | 17:57 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 394


Jakarta, InfoPublik - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menyatakan pertumbuhan kredit pada tahun 2017 mendatang diprioyeksikan bisa tumbuh hingga 12,0 persen.

"Pertumbuhan kredit tahun depan bisa 10-12%, kalau tahun ini masih di bawah 10%. Karena depan sudah dunia usaha sudah lebih siap, kalau tahun ini kan mereka juga masih nunggu tax amnesty waktu itu," jelas Mirza dalam acara diskusi Arah Kebijakan BI 2017 di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (1/12).

Mirza menjelaskan, di sisi Non Performing Loan/NPL (kredit bermasalah), karena bank masih melakukan restrukturisasi kredit di 2015, wajar jika NPL naik pada tahun ini, karena harga komoditas juga anjlok.

"Jadi di 2017 restrukturisasi selesai, bank mikirnya buat ekspansi, bukan restrukturisasi lagi, sehingga kredit bakal tumbuh," katanya.

Terkait dengan keputusan OPEC/Organization of the Petroleum Exporting Countries(Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) untuk mengurangi pasokan minyak dunia yang mengakibatkan harga minyak mentah mengalami peningkatan, Mirza mengatakan bahwa hal itu tidak banyak berpengaruh pada perekonomian Indonesia, khusunya APBN.

Ia menjelaskan, di waktu lalu, ketika Pemerintah masih memberikan subsidi besar pada BBM, maka kenaikan harga minyak sangat mempengaruhi kinerja APBN.

"Makanya dulu kenaikan harga BBM, subsidi BBM pasti meningkat, dan pada satu batas di mana kenaikan harga tak bisa ditolerir lagi, maka terpaksa harga dinaikkan, di mana pasti inflasi akan naik," ujarnya.

Saat ini, lanjut Mirza, pemerintah melakukan penyesuaian harga setiap 3 bulan sekali untuk harga BBM jenis solar, sehingga kenaikan minyak mentah tidak berdampak siginifikan pada ekonomi Indonesia.

"Setiap 3 bulan ada adjusment (penhyesuaian), situasi ini berbeda dengan dulu-dulu. Memang harga BBM pakai market price, tapi bukan benar-benar market price. Jadi sekarang kenaikan BBM sudah beban APBN, yang kalau dinaikkan pasti berdampak pada inflasi," jelas Mirza.