Kementan Bersama 16 Organisasi Pemuda Bahas Soal Lumbung Pangan

:


Oleh Baheramsyah, Kamis, 1 Desember 2016 | 14:54 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 553


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian bersama 16 organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakatan yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Tani Indonesia Kawasan Indonesia Timur (Gempita KTI) menggelar urung rembug nasional guna membahas kesiapan pemuda terjun ke sektor pertanian.

Rembug bersama ini diharapkan dapat mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia, sesuai target Kementan menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia di tahun 2045.

Ketua Pokja Gempita KTI, Razikin Juraid menilai membangun lumbung pangan dunia tidak bisa dengan melibatkan beberap elemen saja seperti TNI, perguruan tinggi, organisasi tani dan mahasiswa. Akan tetapi, perlu juga melibatkan pemuda sebagai elemen penting yang telah menyatu dengan masyarakat dan ikut mengawal jalanya roda pemerintahan.

“Untuk itu, dengan keberadaan pemuda yang tersebar di seluruh wilayah sampai ke perbatasan Indonesia, pemuda memiliki potensi dan posisi strategis untuk mendukung terwujudnya ambisi pemerintah yakni Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” katanya dalam siaran tertulis yang diterima InfoPublik, Kamis (1/12).

Pasalnya, lanjut Razikin, pemuda Indonesia saat ini merupakan insan akademik dari berbagai disiplin ilmu, tidak lagi kaya akan teori tetapi memiliki pengalaman empirik dalam melakukan pemberdayaan atau perubahan di masyarakat. Bahkan mereka lahir dari lingkungan petani dan sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat petani.

Dengan potensi ini, ia optimis pemuda akan mampu melakukan proses pembangunan pertanian, seperti pendampingan atau penyuluhan, pemanfaatan lahan tidur, membangun desa mandiri benih, dan modernisasi pertanian. Pemuda pun mampu menciptakan inovasi teknologi dan kelembangaan petani, membangun desa pertanian organik dan membangun struktur pasar yang menguntungkan petani dan masyarakat.

“Yang lebih penting, pemuda dapat juga membangun lumbung pangan masyarakat sampai ke wilayah perbatasan. Dengan begitu, stok pangan masyarakat tersedia secara merata dan impor tidak lagi kita butuhkan, malah kita ekspor,” tegasnya.

Salah satu pemuda perwakilan dari Provinsi Papua, Ismail Ladopurap menyambut baik upaya pemerintah menerjunkan pemuda ke sektor pertanian. Menurutnya, sejak Indonesia merdeka pemuda selalu dipandang sebelah mata sebagai aktor yang tak mampu membangun pertanian. Padahal, pemuda khususnya di Papua memiliki semangat dan budaya bertani sejak turun temurun bahkan banyak yang sarjana pertanian.

“Tanah kami Papua sangat subur jika dikelola untuk pangan dengan pertanian modern dan kami pemuda dilibatkan, masyarakat Papua tidak perlu datangkan pangan dari luar dan pemuda Papua senang bertani karena ada hasil yang menjanjikan,” ungkapnya.