Pemerintah dan Dunia Usaha Harus Sinergi Atasi Kesenjangan Keterampilan

:


Oleh H. A. Azwar, Rabu, 19 Oktober 2016 | 13:08 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Pemerintah, dunia usaha, dan mitra sosial  harus bersinergi secara aktif untuk mengatasi kesenjangan keterampilan sehingga menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Demikian disampaikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif Dhakiri saat tampil sebagai pembicara kunci dalam konferensi international “Transformation in Work: Creating Job Rich Economies in The 21st Century” yang digelar JustJob Network di Berlin, Jerman, Selasa (18/10) waktu setempat.

Selain Menteri Hanif, hadir beberapa pembicara internasional antara lain dari Jerman, Afrika Selatan, Myanmar dan Brazil. Hanif menyatakan selama ini di berbagai negara terjadi kesenjangan ketrampilan. Itu ditandai oleh situasi demografis dimana sekelompok kecil orang dengan ketrampilan tinggi bekerja di sektor formal dengan upah yang baik atau bahkan tinggi, sementara sebagian besar orang dengan ketrampilan rendah atau bahkan tidak memiliki ketrampilan bekerja di sektor informal atau industri padat karya dengan upah yang relatif rendah.

Jika kondisi demikian dibiarkan, maka akan menciptakan struktur pasar kerja yang timpang. Industri bergerak semakin modern dengan tuntutan pekerjaan yang lebih berkemampuan tinggi, sementara pasar tenaga kerja dipenuhi oleh angkatan kerja dengan pendidikan yang terbatas atau rendah. Ekonomi akan terus bergerak, tetapi kesenjangan juga akan tetap melebar.

Situasi semacam itu hanya bisa ditembus dengan masifikasi pelatihan kerja (vocational training-red). Pelatihan vokasi bisa menembus keterbatasan pendidikan formal dan keterbatasan usia. Pelatihan vokasi juga harus mampu mengimbangi perkembangan industri modern yang cepat berubah akibat teknologi, kata Hanif dalam keterangan pers Biro Humas Kemnaker di Jakarta, pada Rabu (19/10).

Dalam kesempatan ini, Hanif juga mengajak partisipasi dari negara-negara industri maju untuk membantu negara-negara dengan angkatan kerja terdidik yang relatif rendah agar dapat melakukan percepatan pengembangan ketrampilan atau kompetensi.

Hanif juga meminta kepada dunia untuk mendorong pembentukan sistem informasi pasar kerja yang aktif dan konkrit sehingga memudahkan penyiapan input SDM yang sesuai kebutuhan pasar dan industri. Tukar menukar informasi pasar kerja antar negara menjadi tak terelakkan.

Indonesia mengalami cukup kemajuan dalam pengembangan ketrampilan dan informasi pasar kerja. Tetapi harus saya akui, Indonesia butuh skills development yang lebih cepat dari sisi proses, lebih massif dari sisi jumlah, dan lebih match serta kompetitif dari sisi kualitas hasil.

"Kami memerlukan bantuan dunia untuk itu, terutama negara dengan pengalaman vokasi terbaik seperti Jerman, negara-negara Skandinavia dan negara lainnya untuk mendukung  pengembangan ketrampilan dan informasi pasar kerja," tambahnya.

Tak hanya itu, Hanif mengingatkan akan pentingnya mendorong dunia industri berperan aktif dalam pelatihan kerja dan pemagangan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja akan tenaga kerja trampil, serta dalam rangka mengantisipasi perubahan karakter pekerjaan di masa mendatang.

"Pemerintah pun terus mendorong partisipasi aktif dari kalangan swasta dan pemerintah daerah untuk berinventasi dan bekerja sama  mengembangkan pelatihan kerja yang dilakukan Balai-balai Latihan Kerja agar tercipta peningkatan kualitas pelatihan kerja peningkatan kualitas tenaga kerja," tukas Hanif.