:
Oleh Putri, Rabu, 28 September 2016 | 00:00 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 436
Jakarta, InfoPublik - Saat ini ada sekitar 64 persen warga Indonesia yang belum menikmati layanan perbankan baik di desa maupun di perkotaan. Mata uang yang berputar di masyarakat tidak terkeloka dengan baik.
Pada acara Seminar Nasional Stengthening Strategy Sektor Keuangan dan UMKM Pada Era Masyarakat Ekonomi Asean, Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi UKM Choirul Djamhari mengatakan saat ini Indonesia menghadapi tiga masalah penting dalam bidang keuangan.
"Pertama adalah financial inclusion yang masih rendah. Financial inclusion adalah rasio penduduk yang menggunakan fasilitas perbankan keuangan lainnya," jelas Choirul Djamhari di Jakarta, Sabtu (24/9).
Masalah kedua adalah finansial literasi, adalah masyarakat yang melek di bidang perbankan. Sedangkan masyarakat lainnya masih banyak yang tidak mengerti apa artinya kredit.
Permasalahan ketiga adalah financial depending, adalah yang merupakan perilaku perbankan maupun non bank yang agak enggan untuk membuat dan merinci jenis-jenis portofolio perbankan.
Choirul juga mengatakan hingga saat ini yang namanya kredit terutama kredit mikro masih berkutat kepada kredit produksi, kredit konsumsi, dan kredit investasi. Padahal untuk jebis usaha UKM memiliki masing-masing jenis paketnya dan tidak bisa digeneralisir begitu saja. Berdasarkan hasil survei Bank Dunia tahun 2014 hanya sebesar 36 persen dari penduduk dewasa Indonesia yang memiliki rekening di bank.
"Karena sejak tahun 2012, BI dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, OJK, dan Bappenas memprakarsai pedoman Strategi Nasonal Keuangan Inklusif (SNKI)," jelasnya.