:
Oleh MC Kab Sumbawa Barat, Kamis, 5 Maret 2020 | 19:51 WIB - Redaktur: Tobari - 434
Sumbawa Barat, InfoPublik - Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kirana Prita Sari bangga kepada pencapaian yang dicapai Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), NTB, salah satu anggota Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI).
KSB adalah salah satu Kabupaten di antara 23 Kabupaten/Kota di Indonesia yang telah meraih predikat Open Defication Free (ODF).
Hal tersebut diungkapkan oleh Kirana pada acara Advokasi horizontal learning (AHL) Tuntaskan Buang Air Besar Nol di Hotel Whales & Waves Beach Resort Pantai Kertasari Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, Rabu (4/3/2020).
Kirana menilai, AHL yang digelar oleh AKKOPSI ini adalah wadah untuk sama-sama belajar bersama untuk memajukan pembangunan dalam bidang kesehatan, yaitu salah satunya Tuntas Buang Air Besar Nol (BASNO) dalam mewujudkan sanitasi aman di Indonesia.
“Ini sangat mendukung rencana dan target pemerintah pusat untuk menuntaskan nol persen BASNO di Indonesia pada tahun 2024,” katanya.
AHL sebagai wadah untuk bersosialisasi dan mengajak Kabupaten/Kota lainnya yang belum Tuntas BASNO untuk segera berbenah dan berinovasi dalam mempercepat sanitasi aman.
Menurutnya, dalam penerapan sanitasi aman juga akan menuntaskan penyakit-penyakit lainnya, contoh saja pilar cuci tangan pakai sabun akan mencegah menyebarnya virus Corona yang saat ini sedang menyebar.
“Kita sama-sama belajar di sini, bagaimana sih Kabupaten/Kota meraih predikat BASNO dan menerapkan STBM,” tuturnya.
RPJMN 2020-2024 bidang perumahan dan permukiman telah ditetapkan targetnya yang dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 18 tahun 2020. Perpres itu diharapkan menjadi acuan Bupati dan Walikota.
Dalam Perpres tersebut menargetkan pada tahun 2024 rumah tangga memiliki akses sanitasi layak sebesar 90% serta sanitasi yang aman adalah 15%, rumah tangga memiliki akses air minum layak 75,58% dan buang air besar sembarangan 0%.
“Saat ini pencapaian kita, 78,91% KK memiliki akses sanitasi, sedangkan desa ODF baru 30,68%, jadi tantangan besar kita agar masyarakat memiliki sarana dan prasarana dan perilaku sehat masih cukup besar dan ini menjadi tugas kita bersama untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, perwakilan dari United Nations Children's Fund, sering disingkat (UNICE) Robert mengatakan, bahwa di Indonesia ada sekitar 19 juta orang yang masih buang air besar secara terbuka.
Terutama rumah tangga miskin, yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan, sementara Indonesia berda di jalur yang tepat untuk mencapai Sustainable Development Goal (SDG) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4.0.
Unicef melakukan penelitian tentang kualitas air pada 2015 di Yogyakarta, yang menunjukan bahwa sebagian besar penduduk menikmati peningkatan pasokan air lebih.
Tetapi dari 90% dari pasokan air ini terkontaminasi oleh kotoran manusia, karena sanitasi yang tidak aman.
“Sekitar 7% dari air di Indonesia yang saat ini dikelola dengan aman dan sisanya mencemari lingkungan dan persediaan air rumah tangga, Ini akan mempengaruhi dan mengancam kesehatan masyarakat,” jelasnya.
Sanitasi yang buruk merupakan penghalang bagi pendidikan dan peluang ekonomi. Perempuan dan anak-anak menjadi sangat rentan terhadap konsekuensi dari layanan sanitasi yang buruk, dalam fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Melalui proses berbagi dan belajar bersama seperti pertemuan ini, UNICEF akan terus mendukung pemerintah Indonesia dalam mempercepat dan mendorong kemajuan dalam menuju sanitasi aman yang telah ditargetkan pemerintah. (MC Sumbawa Barat/feryal/toeb)