: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk ‘Atasi Permasalahan Kelautan Global’, Senin (25/9/2023) di Jakarta. (FMB9)
Oleh Baheramsyah, Senin, 25 September 2023 | 20:09 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 114
Jakarta, InfoPublik - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan Indonesia telah dinobatkan sebagai negara yang paling berhasil menurunkan sampah plastik di laut oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tidak hanya itu saja, Indonesia juga tercatat sebagai negara paling banyak memproses sampah di darat untuk mengurangi sampah masuk ke laut.
“Kita salah satu negara yang dalam 4 tahun berhasil menurunkan sampah plastik di laut, sekitar 39 persen, itu kata UN (United Nations/PBB),” ujarnya dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk ‘Atasi Permasalahan Kelautan Global’, Senin (25/9/2023) di Jakarta.
Upaya Indonesia dalam penurunan sampah plastik di laut dapat menjadi pembelajaran penting bagi negara-negara kepulauan di KTT Archipelagic and Island States (AIS) 2023, di Bali, 11 Oktober 2023.
Selain itu, Luhut menambahkan, Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya lain untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Mulai dari penanaman mangrove di bibir pantai, pengurangan deforestasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan, hingga adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Negara mana yang bisa melakukan replanting mangrove sampai 600 ribu hektar sampai tahun depan di dunia, ya Indonesia,” jelasnya.
Menurut Luhut, restorasi hutan mangrove di bibir pantai sangat efektif untuk mencegah tenggelamnya pulau akibat perubahan iklim. Hal ini dikarenakan mangrove memiliki akar yang kuat dan mampu menahan abrasi air laut.
Dari sisi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT), Indonesia juga telah menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) untuk mengembangkan 62 Gigawatt EBT. Pengembangan ini mencakup sumber energi solar, hidro atau air, dan geothermal.
“Kita punya potensi clean energy sebesar 3.600 GW, termasuk solar panel,” singgung Luhut.
Dengan berbagai pencapaian tersebut, Indonesia memiliki nilai tawar yang kuat pada KTT AIS 2023 nanti. Dengan posisi ini, Luhut menekankan bahwa Indonesia akan mendorong 46 negara kepulauan yang hadir untuk kerja sama dalam mengatasi perubahan iklim.
Diharapkan, negara-negara kepulauan di dunia, yang sebagian besar merupakan negara berkembang, mendapatkan wawasan berharga, sehingga dapat bersama-sama dengan Indonesia melakukan mitigasi perubahan iklim yang sudah mengancam di depan mata.
“Sudah waktunya Indonesia memperkuat posisinya di dunia. Jika pada waktu Konferensi Asia-Afrika di Bandung dulu spiritnya dekolonisasi, sekarang prosperity dan equality,” tegas Luhut.
Indonesia berharap KTT AIS 2023 dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kerja sama antar negara-negara kepulauan dalam mengatasi perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi negara-negara kepulauan, karena dapat menyebabkan naiknya permukaan laut dan tenggelamnya pulau-pulau.
Ekonomi Biru
Saat yang sama Plt. Staf Ahli Bidang Ekososbud Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Hendra Yusran Siry, menyebutkan pemerintah telah menetapkan kebijakan ekonomi biru. Kebijakan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam laut dan pesisir secara berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
“Kebijakan ini terdiri dari lima pilar, yaitu Penambahan luas kawasan konservasi laut, Penangkapan ikan terukur berbasis kuota, Pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir, dan darat yang berkelanjutan, Pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau Kecil, serta Pengelolaan sampah plastik di laut,” paparnya.
Dia melanjutkan, tantangan besar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana mengoptimalkan potensi ekonomi biru, di tengah ancaman perubahan iklim. Sebab perubahan iklim tidak hanya menyebabkan naiknya permukaan laut, tetapi juga penurunan muka tanah.
Di beberapa daerah di Indonesia, penurunan muka tanah telah terjadi secara signifikan. Hal ini dapat memperburuk ancaman tenggelamnya pulau-pulau.
Ada pun CEO Landscape Indonesia, Agus Sari, menyambut baik upaya pemerintah Indonesia untuk menjadi pemimpin dalam ekonomi biru. Namun, Ia juga menekankan bahwa ekosistem ekonomi biru ini harus dibicarakan secara komprehensif.
“Indonesia memiliki luas wilayah laut yang besar dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Namun, potensi ini dibayangi oleh berbagai tantangan, seperti kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan sampah,” jelas dia.
Agus menilai bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa kemajuan dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Namun, masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Sebagai informasi Forum AIS 2023 merupakan pertemuan tingkat tinggi negara-negara kepulauan yang bakal digelar Indonesia sebagai tuan rumah di Bali, pada 10 -11 Oktober 2023. KTT AIS 2023 akan mengusung tiga tema utama yakni “Blue Economy in Achieving Agenda 2030 on SDGs”, “Our Ocean, Our Future’’, dan “Solidarity”.