Hadapi Pandemi, Indonesia Fokus Bangun Ketahanan Kesehatan 

:


Oleh Eko Budiono, Kamis, 18 Februari 2021 | 13:44 WIB - Redaktur: Untung S - 452


Jakarta, InfoPublik - Duta Besar Indonesia untuk Iran, Ronny P. Yuliantoro, mengatakan pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini telah berdampak pada semua sektor kehidupan.

Akibatnya, semua negara harus bekerja keras memenuhi kebutuhannya akan obat-obatan, alat kesehatan dan vaksin, melalui penguatan sistem kesehatan nasional.

Menurut Dubes Ronny, seperti dilansir laman Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada Kamis (18/2/2021), usai The Third Technology Investment Meeting (TIM2021), Indonesia telah melakukan reformasi ekonomi dengan fokus pada pembangunan ketahanan kesehatan nasional (National Health Resillience).

"Indonesia juga melakukan impor alat-alat kesehatan selain memperluas kapasitas produksi dalam negeri dan suplai teknologi medis. Indonesia  menjadi pasar potensial dan peluang besar bagi para investor asing serta menjadi hub di Kawasan Asia Tenggara dan telah melakukan penyederhanaan prosedur perizinan usaha," ungkapnya.

Selain itu, Indonesia terus melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Iran di sektor kesehatan baik antar pemerintah atau swasta.

Menurutnya, kerjasama  juga diharapkan dilakukan dengan negara-negara anggota D-8 lainnya terutama pembangunan industri kesehatan, riset dan pengembangan SDM di sektor kesehatan.

Dubes Ronny menambahkan,  menyampaikan pandemi COVID-19 juga telah berdampak terhadap usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM), yang memiliki andil besar dalam pembangunan ekonomi, namun di sisi lain terjadi percepatan pertumbuhan teknologi digital. 

"Ekonomi digital akan berperan penting dalam pemulihan ekonomi, oleh karena itu para pengusaha UMKM dituntut untuk bisa memanfaatkannya dengan baik dan peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kerjasama ekonomi digital UMKM," urainya.

Ia menambahkan, Indonesia memiliki platform e-commerce yang terus berkembang sejak lima tahun lalu.

"Indonesia menempati  urutan kelima negara di dunia dengan sekitar 2.208 perusahaan start-up setelah AS, India, Inggris dan Kanada," katanya. 

​TIM2021 merupakan side event pada The D-8 Technology Transfer and Exchange Network (D8TTEN) yang dihadiri sekitar 40 investor dari 21 negara, dan 20 perusahaan start-up Iran dimana 30 persen diantaranya bergerak di bidang kesehatan. Pertemuan yang  dibagi ke dalam 5 sesi  tersebut dilaksanakan  secara virtual selama dua hari.

Kelompok D-8 beranggotakan 8 negara berkembang Islam yaitu Indonesia, Iran, Turki, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Mesir dan Nigeria.(Foto: KBRI Tehran)