:
Oleh Tri Antoro, Rabu, 20 Juli 2022 | 20:05 WIB - Redaktur: Untung S - 516
Labuan Bajo, InfoPublik - Lantunan lagu Tanah Airku dan Bolelebo yang diiringi oleh petikan alat musik khas Nusa Tenggara Timur (NTT) Sasando, menyaoa para delegasi Pertemuan Ketiga Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau 3rd meeting Digital Economy Working Group (DEWG) di Labuan Bajo pada Rabu (20/7/2022).
Filosofi melantunkan lagu Tanah Airku, sebagai bentuk kebanggaan terhadap Indonesia yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman budaya. Jadi, para delegasi yang hadir dapat mengetahui rasa cinta masyarakat terhadap tanah kelahirannya.
Kemudian, filosofi melantunkan lagu khas NTT Bolelebo, sebagai bentuk kebanggaan masyarakat NTT terhadap identitas yang dimilikinya dalam kondisi apapun. Sehingga, akan terus mencintai budaya dan keindahan alamnya sepanjang hidup.
"Kedua lagu itu mencerminkan kecintaan kepada tanah air, jadi pantas ditampilkan dalam ajang internasional sekelas DEWG G20," kata Seniman Maria Suriyani Fengi yang memiliki nama panggung Ani Sabu di Hotel Meruorah, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT pada Rabu (20/7/2022).
Menurut Maria, sambutan dari para delegasi pun sangat antusias ketika menyanyikan dua lagu khas Indonesia itu. Nampak para delegasi DEWG yang begitu menikmati senandung dua lagu yang diiringi oleh Sasando.
"Saya melihat para delegasi begitu takjub ketika menyanyikan lagu itu," imbuh Maria.
Atas fenomena yang ditunjukkan oleh para peserta itu pun, Maria merasa sangat terhormat untuk menyanyikan dua lagu Indonesia di hadapan para delegasi. Sehingga, menjadi pengalaman tak terlupa selama hidupnya.
"Saya emosional ketika membawakan lagu-lagu itu dan merasa terhormat atas sambutan para delegasi," tutur.
Menanggapi hal itu, Seniman Jaegril Pah mengakui, alunan lagu-lagu yang dibawakan dengan iringan alat musik Sasando memang sangat indah. Sehingga, membuat para pendengarnya serasa dihipnotis dengan perpaduan lantunan lagu dan alat musik Sasando.
Alat musik Sasando, kata Jaegril, bisa menghasilkan bunyi yang sangat khas. Karena alat musik itu dibuat dengan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan atau bahan alami. Sedangkan, string atau senarnya untuk biola.
"Bahan-bahan baku Sasando terbuat dari bahan yang berada disekitar kita," katanya.
Jaegril merasa bangga, alat musik Sasando dapat tampil di pentas dunia G20. Sehingga, masyarakat di negara lain dapat mengetahui keunikan dari alat musik khas NTT tersebut.
Harapannya, dengan dikenalnya alat musik Sasando ke pentas dunia, maka dapat sekaligus mengangkat NTT. Dampaknya, dapat membuat pertumbuhan perekonomian menjadi semakin masif dalam beberapa waktu ke depan.
"Setelah penyelenggaraan NTT dapat dikenal dunia," tuturnya.
Dalam pertemuan ketiga DEWG itu, hadir 20 delegasi negara-negara G20 terdiri atas 17 delegasi hadir fisik dan 3 delegasi menghadiri secara virtual. Hadir pula dua negara undangan serta tiga organisasi internasional, yakni International Telecommunication Union (ITU), United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), dan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).
Hadir juga perwakilan kampus Perguruan Tinggi nasional, yakni Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, dan Universitas Gadjah Mada.
Pertemuan Ketiga Kelompok Kerja Ekonomi Digital itu akan fokus pada pembahasan utama tentang arus data lintas negara dan pemanfaataan data secara berkeadilan di tengah transformasi digital global atau Cross Border Data Free Flow and Data Free Flow With Trust serta Digital Skill and Digital Literacy.
Sebelumnya, pada pertemuan pertama dan kedua DEWG G20 telah membahas dua isu lainnya yaitu Connectivity and Post Covid-19 Recovery serta Digital Skill and Digital Literacy.
Foto: Ryiadhy BN/InfoPublik