:
Oleh Tri Antoro, Senin, 11 Juli 2022 | 14:46 WIB - Redaktur: Untung S - 181
Labuan Bajo, InfoPublik - Kain tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan berbahan baku alami menjadi daya tarik para delegasi yang datang dalam side event The 2nd Sherpa Meeting bertajuk Spouse Program yang digelar di pelataran Atlantis, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT pada Senin (11/7/2022).
Berdasarkan pantauan di lokasi, booth kain tenun milik Penenun, Alfonsa Horeng, menjadi tempat yang paling sering dikunjungi oleh para delegasi. Para delegasi yang berkunjung pun membeli setiap produk kain tenun yang dihasilkan olehnya.
Seperti pasangan delegasi atau Spouse Delegate dari United Nation (UN), Romea Navid Hanif, yang sempat mencoba kain tenun khas NTT. Kain itu, dipakaikan menjadi baju atasan dan celana bawahan.
Kala didandani layaknya ciri khas masyarakat NTT, nampak raut mukanya berubah menjadi gembira. Senyum sumringah pun terpancar sepanjang memakai baju adat khas masyarakat NTT.
Takjubnya dengan produk kain tenun NTT yang memiliki corak dan warna yang unik. Akhirnya, Romea membeli produk tenun untuk dibawa pulang ke rumahnya di New York City, Amerika Serikat (AS) setelah selesai pembahasan pertemuan kedua Sherpa Labuan Bajo.
Ia tampak antusias dengan menanyakan informasi pada setiap produk yang dihasilkan oleh penenun Alfonsa Horeng, karena sangat tertarik pada produk yang menjadi ciri khas masyarakat NTT itu.
Sementara itu pasangan delegasi India, Anamika, juga membeli produk kain tenun dengan corak dan motif yang menjadi ciri khas dari masyarakat NTT.
Atas apresiasi yang ditunjukkan oleh para pasangan delegasi itu, Penenun Alfonsa Horeng sangat senang. Karena, upayanya dalam melestarikan kain tenun yang menjadi ciri khas kebudayaan NTT membuahkan hasil yang manis.
Mengingat, semua proses dari mulai perwarnaan hingga pembuatan bahan baku dibuat secara alami. Artinya, dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dari alam yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan di sekitar lingkungan.
"Saya senang kain tenun kami diminati oleh delegasi yang datang," kata Alfonsa.
Seperti bahan baku benang yang digunakan pada produk kain tenun adalah benang yang dipintal melalui bahan kapas. Dengan proses pembuatan yang mencapai 2-3 hari sesuai dengan ukuran kain tenun yang dibuat.
Kemudian, proses pewarnaan benang yang masih dilakukan secara alami. Bahan baku yang dipergunakan adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar, misalnya warna kuning didapatkan dari tumbuhan kunyit dan warna hijau didapatkan dari tumbuhan mengkudu.
"Semuanya bahan-bahan yang digunakan adalah bahan alami," kata Alfonsa.
Keunikan yang dimiliki oleh tenun NTT, lanjut Alfonsa, dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat luar negeri. Sebab, masyarakat pada saat ini sangat memberikan perhatian terhadap pengelolaan bahan baku alami dalam setiap produk.
Dengan begitu, peluang produk NTT dapat dikenal secara luas hingga mendunia dapat terbuka lebar dalam beberapa waktu mendatang. "Yang penting buat kami, adalah dikenalnya produk kain tenun NTT di mancanegara," pungkasnya.
Foto: Amiriyandi InfoPublik