Inklusi Keuangan Masih Jadi Tantangan Global

:


Oleh lsma, Rabu, 11 Mei 2022 | 20:51 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 178


Bali, InfoPublik - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kesenjangan dalam mengakses layanan keuangan masih menjadi tantangan global, khususnya bagi sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), kaum perempuan, dan anak-anak muda.

"Masih ada berbagai kendala yang menghalangi dalam mengejar inklusi keuangan baik di Indonesia maupun secara global. Inklusi keuangan yang dimaksud yakni sektor UMKM, perempuan, dan anak muda," kata Sri Mulyani dalam International Seminar on Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, dan MSMEs to Promote Inclusive Growth, Rabu (11/5/2022).

Sri Mulyani memaparkan, kondisi pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang cukup dalam bagi sektor UMKM, kaum perempuan, dan anak muda. Karenanya tiga sektor ini harus jadi perhatian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kedepannya.

"Ketiganya tengah terdampak oleh pandemi Covid-19 dan memiliki potensi untuk bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kedepannya. Kami juga menyadari bahwa ini masih membutuhkan banyak pekerjaan di depan kami,” kata Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa kemajuan teknologi informasi telah memberikan ruang bagi sektor UMKM, kaum perempuan, dan anak muda dalam menyasar layanan keuangan.

Misalnya, transformasi digital melalui artificial intelligence hingga analisis big data yang jadi salah satu contoh yang memudahkan.

“Kemajuan inklusi keuangan khususnya pada segmen ini pemanfaatan perempuan dan UMKM,” kata Menkeu.

Disamping tujuan inklusi keuangan, kata Menkeu, saat ini dunia tengah dihadapkan oleh berbagai tantangan pemulihan ekonomi. Ditengah pandemi Covid-19, ancaman selanjutnya adalah kondisi geopolitik dunia yang distimulasi oleh perang Rusia-Ukraina.

“Seperti yang Anda lihat dan inisiasi kepresidenan G20, bagaimana kita bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat. Jadi upaya kita perlu ditingkatkan, transformasi menuju teknologi digital perlu terus memastikan bahwa populasi terutama yang paling rentan dan tidak layak. Kelompok yang masih membutuhkan jasa keuangan perlu dipromosikan. Ini bukan hanya kehidupan moral. Ini akan menjadi penting secara strategis untuk pemulihan ekonomi yang inklusif,” ujar Menkeu.

Menkeu menegaskan, akses perempuan terhadap produk dan jasa keuangan perlu terus ditingkatkan agar berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi.

"Meningkatkan akses perempuan kepada jasa keuangan formal tidak hanya akan mengamankan hidup keluarga mereka tapi juga memberdayakan mereka dengan keterlibatan dalam UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)," kata Menkeu.

Berdasarkan studi McKinsey Global Institute sekitar 13 triliun dolar AS atau 11 persen dari PDB dunia dapat tercipta apabila semua negara di dunia meningkatkan kesetaraan gender bagi perempuan.

"Jika kita bisa menyadari potensi perempuan di ekonomi dan pasar tenaga kerja, kita mungkin bisa menciptakan aktivitas ekonomi senilai 28 triliun dolar AS atau setara 26 persen dari PDB dunia pada 2025," kata Sri Mulyani.

Menurut Menkeu, saat ini perempuan masih kesulitan mengakses pembiayaan karena ketiadaan kartu identitas atau ketiadaan izin bagi mereka untuk mengelola aset atas nama mereka sendiri. Hal ini menciptakan rintangan sangat besar bagi perempuan untuk mengakses pendanaan dan modal dari institusi keuangan karena mereka tidak memiliki jaminan.

Perempuan juga bisa didorong mengakses pendanaan dengan memanfaatkan platform digital, tapi untuk itu keahlian dan literasi digital perempuan perlu terus ditingkatkan.

"Tanpa literasi dan edukasi, akan sulit bagi perempuan untuk membuka akun untuk mengakses produk keuangan yang kemudian digunakan secara aktif," katanya.

Ia mencontohkan perempuan di Indonesia saat ini telah memiliki akun untuk mengakses produk keuangan formal antara lain guna mendapatkan bantuan dari pemerintah, tapi akun ini tidak banyak dikembangkan penggunaannya.

Peningkatan literasi keuangan juga penting untuk pelaku usaha perempuan agar mereka dapat mengembangkan usaha.

"Pelaku usaha perempuan dengan level literasi keuangan yang baik dapat mengatur keuangan bisnis dan rumah tangga mereka lebih baik, dan mendapatkan keuntungan dari produk keuangan untuk mengembangkan bisnis mereka serta mengamankan keuangan masa depan sesuai kebutuhan mereka," kata Sri Mulyani.