:
Oleh Wahyu Sudoyo, Kamis, 28 April 2022 | 23:34 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 217
Jakarta, InfoPublik – Situasi pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir berdampat pada hampir seluruh sektor, khususnya perekonomian global, yang ditenadi oleh munculnya krisis ekonomi di berbagai negara, temasuk negara G20.
Juru Bicara (Jubir) Presidensi G20 Indonesia 2022, Maudy Ayunda, mengatakan, keterbatasan akses saat pandemi COVID-19, justru menjadi momentum anak muda negara G20, khususnya Indonesia, untuk berinovasi melalui teknologi digital untuk membuat platform berstatus unicorn, bahkan decacorn.
“Platform tersebut terbukti memberikan solusi di ranah transportasi sampai kesehatan, menjadi bukti teknologi digital mempermudah kita untuk berkarya dengan cara yang lebih efektif, efisien, dan membawa dampak yang luas,” ujar Jubir Presidensi G20 Indonesia dalam konferensi pers secara daring, Kamis (28/4/2022).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah anak muda produktif saat ini mencapai lebih dari 52 persen.
Angka ini menjadi potensi Indonesia untuk terus maju dan bangkit dari hantaman pandemi jika seluruh anak mudanya memiliki kemampuan digital.
“Bayangkan jika semua anak muda melek digital. Dengan jumlah tersebut tentu akan menjadi efek bola salju untuk memajukan bangsa,” katanya.
Kendati demikian, Maudy mengakui ada sejumlah tantangan besar yang harus dihadapi terkait dengan masih terdapat kesenjangan infrastruktur, seperti akses internet yang belum merata di seluruh daerah.
Situasi yang hampir sama menurutnya juga dialami beberapa negara lain, sehingga butuh kolaborasi nyata di antara negara anggota G20 untuk mengurai dan menyelesaikan persoalan itu.
Hal ini didasarkan riset Indonesia Youth Diplomacy dan Cint 2021, yang menunjukkan ada 61 persen anak muda di negara anggota G20 masih mengalami kesulitan mendapat akses internet, koneksi yang tidak stabil dan lambat, atau persoalan harga yang belum terjangkau.
“Pemerintah sesungguhnya tidak tinggal diam. Ada beberapa upaya yang telah dan terus dikuatkan untuk mengatasi kesenjangan infrastruktur tersebut. Proyek Palapa Ring 2019 misalnya,” tuturnya.
Selain itu juga terdpaat program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kominfo serta Digital Financial Literacy oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Masih banyak lagi program yang dilakukan pemerintah yang berkolaborasi dengan banyak pihak untuk meningkatkan literasi digital dan keuangan digital. But of course, there is still room for more action,” ujar Maudy.