:
Oleh Tri Antoro, Jumat, 22 April 2022 | 21:32 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 354
Jakarta, InfoPublik - Indonesia menegaskan komitmennya mengimplementasikan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam sidang pertemuan pada gelaran Presidensi G20 2022. Sehingga, dua isu tersebut akan dibahas secara rutin dan detail.
Kedua isu akan dikuatkan melalui pertemuan aliansi G20 EMPOWER yang khusus membahas tentang pemberdayaan perempuan, serta pertemuan Engagement Group Women20 atau W20.
"G20 EMPOWER dan W20 akan bekerja sama dengan engagement group, kelompok aliansi, serta working group lainnya, guna memastikan isu-isu tersebut diangkat ke dalam G20, setiap tahun," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20, Maudy Ayunda, di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Dalam G20 EMPOWER, Indonesia secara spesifik mengusung tiga isu prioritas, pertama, meningkatkan akuntabilitas perusahaan dalam mencapai Key Performance indicators (KPI) untuk peningkatan peran perempuan. Kedua, mendorong peran Usaha Kecil Menengah (UKM) milik perempuan sebagai penggerak ekonomi. Ketiga, membangun dan meningkatkan ketahanan digital dan skill perempuan untuk masa depan.
Pada ajang tersebut, para pemangku kepentingan dari mulai swasta hingga pemerintah akan berkolaborasi mencari solusi agar perempuan maju dan mandiri. Hal ini akan membuat kaum perempuan dapat melakukan kegiatan produktif dengan berbekal keterampilan yang dimiliki sesuai perkembangan zaman.
"Aliansi pemimpin sektor swasta dan pemerintah untuk bersama-sama mengadvokasi, mendukung dan mempromosikan kemajuan perempuan dalam posisi kepemimpinan di sektor swasta dan publik," tutur Maudy.
Sedangkan, dalam Engagement Group W20, secara khusus akan membahas tentang kesetaraan gender. Ada empat isu yang akan dibahas, antara lain pertama, menghapus diskriminasi dan promosikan kesetaraan. Kedua, inklusi ekonomi dengan mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan.
Ketiga, perempuan marjinal yaitu menghilangkan kerentanan serta meningkatkan ketahanan perempuan pedesaan dan perempuan penyandang disabilitas. Keempat, kesehatan dengan fokus untuk respon kesehatan yang setara atau adil gender.
Pertemuan tersebut akan mendorong komitmen tingkat tinggi pada agenda kesetaraan gender dari para pimpinan G20. Ini penting dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan investasi untuk inklusif pertumbuhan. Dengan begitu, dapat mempengaruhi komitmen tingkat tinggi yang akan dikeluarkan pada G20 Summit (Communique).
"W20 adalah forum yang mewakili suara perempuan. Misi forum W20 adalah untuk mendorong komitmen tingkat tinggi terkait dengan kesetaraan gender," imbuh Maudy.
Isu tersebut, lanjut Maudy, perlu digaungkan karena perempuan memiliki potensi yang besar, namun ketimpangan gender juga dirasa masih cukup besar. Alhasil, membuat peran perempuan dalam ekonomi dinilai masih rendah terutama bila dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja.
Angkatan kerja perempuan di ranah global hanya sekitar 47 persen, sementara angkatan kerja laki-laki mencapai 72 persen. Yang artinya terdapat perbedaan sebesar 25 persen, bahkan di beberapa wilayah perbedaan itu mencapai lebih dari 50 persen.
Berdasarkan survei Pusat Perdagangan Internasional, pandemi COVID-19 telah mempengaruhi hampir 62 persen UMKM yang dijalankan oleh perempuan. Wirausaha perempuan menghadapi tantangan seperti kurangnya literasi keuangan dan digital, akses ke kredit, investasi, dan bahkan menghadapi tantangan untuk masuk ke pengadaan publik dan kedalam siklus bisnis.
"Bahkan menurut laporan dari ILO pada tahun 2021, perempuan menghadapi kesulitan yang lebih signifikan di saat pandemi COVID-19. Salah satunya adalah risiko kehilangan pekerjaan yang lebih tinggi," pungkas Maudy.