:
Oleh Eko Budiono, Jumat, 22 April 2022 | 13:45 WIB - Redaktur: Untung S - 139
Jakarta, InfoPublik - Co-Sherpa Group of Twenty (G20) Indonesia dan Staf Khusus Program Prioritas Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Dian Triansyah Djani, memastikan aksi ‘walk out’ atau keluar sejumlah negara anggota G20 dari salah satu pertemuan forum tersebut, bukan bentuk sikap yang ditujukan kepada presidensi G20 yang tahun ini dipegang oleh Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Djani melalui keterangan tertulis usai konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/4/2022).
“Tindakan tersebut refleksi posisi terhadap suatu negara tertentu. Jadi mungkin itu yang perlu dipahami,” kata Djani.
Djani menuturkan bahwa dalam berbagai pertemuan multilateral, hal tersebut adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, bukan hanya dalam konteks G20 saja.
“Walk out itu merupakan refleksi atau pandangan atau sikap negara-negara terhadap suatu negara tertentu dan ini dilakukan di banyak forum multilateral seperti PBB, dewan HAM, maupun pertemuan lainnya yang pernah saya alami pada saat saya menjabat sebagai duta besar. So it’s nothing new dan ini bukan khusus dilakukan di G20,” katanya.
Djani menggarisbawahi bahwa sikap tersebut telah diantisipasi dan merupakan sesuatu yang lazim dilakukan dalam berbagai pertemuan multilateral.
“Yang penting untuk kami, terus terang, bahwasannya assessment tadi dari pertemuan tingkat Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-2 adalah agenda-agenda maupun pembahasan substansi tetap berjalan. Jadi kita tidak distracted dari pembahasan tersebut, dan semua berkontribusi terhadap pembahasan-pembahasan agenda-agenda tersebut,” jelasnya.
Aksi walk out sebagai bentuk protes atas kehadiran delegasi Rusia, karena melakukan invasi terhadap Ukraina.
Kelompok Dua Puluh atau G20 adalah kelompok yang terdiri 20 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa.