:
Oleh Taofiq Rauf, Minggu, 17 April 2022 | 06:15 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 184
Jakarta, InfoPublik – Peneliti Institute for Development of Economis and Finance (INDEF), Agus Herta Sumarto, menilai penguatan kemitraan dalam kerja sama ekonomi digital Indonesia dengan beberapa negara, merupakan upaya yang baik dan positif. Pola kemitraan ini harus didorong dan terjalin untuk semua anggota G20.
Salah satunya adalah kerja sama dagang yang terus dikuatkan dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar bagi Indonesia. Nilai perdagangan kedua negara yang signifikan saat ini, mencapai USD100 miliar. Momentum Presidensi G20 2022 pun memberi peluang bagi Indonesia melakukan upaya yang sama dan memimpin proses pemulihan ekonomi global.
“Dengan demikian kerja samanya bisa lebih luas dan memiliki multiplier effect ekonomi yang lebih besar dan lebih luas,” katanya, saat dihubungi Sabtu (16/4/2022) malam.
Dia pun mengingatkan agar Indonesia, khususnya pada penyelenggaraan Presidensi G20, bisa menguatkan pandangan kepada dunia bukan hanya menjadi objek dalam kerja sama ekonomi digital. Indonesia dikatakannya harus juga menjadi pemain sehingga memiliki peluang besar dalam kerja sama global tersebut. Namun jika hanya menjadi target pasar dari produk luar, maka yang terjadi, katanya, adalah peningkatan kerja sama ekonomi digital tersebut semakin mempermudah produk-produk mereka masuk ke dalam negeri.
“Yang terjadi adalah disruptive digital innovation bagi keberlangsungan industri dalam negeri, terutama industri mikro, kecil, dan menengah. Ini yang harusnya bisa diantisipasi,” ucapnya.
Agus menuturkan, kemitraan yang dilakukan harus disusun sedemikian rupa. Tujuannya agar dapat sama-sama menguntungkan pihak yang terlibat. Ditegaskan dia, tidak boleh ada salah satu pihak yang dirugikan.
“Kita harus fokus pada detail poin-poin yang akan dikerjasamakan. Bahkan kita harus bisa mengarahkan supaya terjadi transfer of technology dan transfer of knowledge dari kerja sama dan kemitraan ini,” ujarnya.
Syarat utama yang harus dipenuhi agar bisa memanfaatkan kemitraan dan kerja sama ini, lanjutnya, adalah peningkatan produktivitas dan daya saing. Indonesia dikatakannya tidak mungkin dapat memanfaatkan kerja sama jika produk yang dihasilkan tidak berdaya saing.
“Oleh karena itu, langkah pertama yang harus pemerintah lakukan adalah meningkatkan daya saing produk-produk industri dalam negeri terutama produk-produk UMKM. Ini adalah syarat utama yang harus dilakuan,” katanya.
Menurutnya, jika daya saing sudah baik dan setara dengan produk luar negeri, dapat diprediksi kerja sama ekonomi digital ini akan memberi dampak baik. Kualitas yang baik dari produk lokal akan membuat produk Indonesia menjadi kuat di pasar global.
“Syarat utama ini kalau sudah terpenuhi, langkah berikutnya bisa lebih mudah dan fleksibel,” pungkasnya.
Prioritas investasi ekonomi RRT ke Indonesia tercatat ada tiga sektor utama, yaitu sektor mineral, energi terbarukan dan ekonomi digital. Sementara Indonesia pun mengupayakan beberapa sektor lain yang bisa menjadi daya Tarik RRT, yaitu industry farmasi, khususnya bioteknologi. Namun salah satu investasi besar yang dinanti banyak kalangan adalah sektor kendaraan listrik dengan kehadiran pemain manufaktur baterai terbesar dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL).