:
Oleh Taofiq Rauf, Jumat, 15 April 2022 | 19:40 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 252
Jakarta, InfoPublik – Asosiasi Jasa Pengiriman Ekspress Indonesia (ASPERINDO) berharap Presidensi G20 Indonesia 2022 turut mendorong perbaikan regulasi di sektor industri logistik. Perbaikan ini diharapkan mampu mengatur pemerataan dan mencegah terjadinya monopoli unit bisnis.
“Karena banyak pelaku usaha yang sudah memiliki marketplace, tapi juga mempunyai jasa pengirimannya. Ini terjadi monopoli. Padahal seharusnya bisa dilakukan oleh pelaku usaha industri logistik. Saya meminta ini lebih tegas lagi rambunya,” ungkap Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) ASPERINDO, Rama Wijaya, Kamis (14/4/2022) malam.
Negara-negara Group 20 (G20), yang saat ini sedang memulai rangkaian pertemuan dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, menjadi harapan ASPERINDO. Rama pun meyakini akan ada imbas dari event internasional ini yang mampu mendorong perbaikan dan peningkatan pemulihan sektor industri logistik akibat hantaman pandemi COVID-19.
Menurutnya, dalam era digital ini, perdagangan bebas sudah terjadi lintas negara, dan industri logistik sangat berkembang di era ini. Namun jika hanya dikuasai oleh pelaku usaha besar dan tidak merata pada pelaku industri logistik skala kecil, katanya, maka akan menjadi persoalan baru.
“Selama ini, pengiriman global internasional sebenarnya berjalan cukup baik. Belanja dan pengiriman dari luar dilakukan oleh kita juga sebagai pemain lokal. Semakin menarik dan besarnya jasa pengiriman, berdampak pada banyak juga pemain e-commerce yang menggeluti jasa ini. Aturan yang tegas diperlukan agar tidak terjadi persoalan di kemudian hari,” katanya.
Rama pun mengakui jika proyek berbasis anggaran pemerintahlah salah satu yang mampu menopang bertahannya industri logistik di tengah pandemi.
Proyek-proyek tersebut misalnya di bidang telekomunikasi yang banyak membangun infrastruktur di wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). Imbasnya wilayah ini dapat terhubung dengan jaringan internet dan teknologi. Tahun 2021 saja, di kawasan Papua telah terpasang di 3.000 titik menara.
“Hal-hal seperti ini yang kemudian membuat industri logistik di Indonesia, khususnya di bidang kargo mampu bertahan,” katanya.
Selain itu, juga dampak dari saling berkolaborasinya sejumlah pihak. Gotong royong untuk kembali pulih dikatakannya sangat diperlukan dalam permasalahan global sekarang.
“Memang, saya tidak tutup mata banyak juga industri kargo yang benar-benar tertekan dengan situasi pandemi. Mereka ini kan hidup dari industri lainnya, logistik hanya supporting. Ketika industri utama mengalami tekanan, pastinya kami sebagai supporting juga lebih tertekan. Yang bisa membantu kami bertahan memang karena proyek pemerintah yang berbasis pada anggaran belanja negara,” ucapnya.
Proyek pemerintah lainnya adalah program di sektor pendidikan. Adanya program pemerintah di sektor ini menjadikan distribusi peralatan pendidikan seperti buku dan alat tulis, juga ikut naik.
“Dan ini memberikan satu gairah tersendiri pada industri logistik. Dari tahun lalu saja, industri logistik dapat sekitar 5-7 persen dari program pendidikan. Baik logistik transportasi maupun pergudangan,” ujarnya.
Kemudian adanya insentif pinjaman modal kerja. Dengan jaminan yang mudah dan kecil, pelaku usaha industri logisitik dikatakan Rama bisa mendapatkan pinjaman untuk pengembangan usahanya. Pinjaman tersebut diberikan untuk proyek berbasis belanja negara.
“Misalnya kebutuhan dana untuk proyek tersebut Rp5 miliar. Maka, pengusaha dapat pinjaman Rp4 miliar tanpa jaminan yang besar. Insentif ini yang dilakukan bukan hanya untuk logistik tapi semua industri asal proyeknya berbasis anggaran belanja negara,” katanya.
Maka itu pihaknya sangat berharap agar ada pembenahan regulasi yang mengatur agar tidak terjadi monopoli di sektor ini.
Foto: Antara