:
Oleh Baheramsyah, Rabu, 13 April 2022 | 13:01 WIB - Redaktur: Untung S - 360
Jakarta, InfoPublik - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan sebagai pemegang keketuaan, Indonesia bisa mendorong G20 harus berperan penting dalam membangkitkan ekonomi global.
Luhut juga berharap adanya perluasan jaringan secara global. “Sebagai presidensi G20, Indonesia harus dapat memainkan peran di dunia untuk kebangkitan ekonomi ke depan. Tak hanya itu, Indonesia juga harus outward looking, yaitu memperluas networking dengan dunia industri dan internasional,” katanya di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Selasa (12/4/2022).
Terkait dengan penanganan pandemi, Luhut menuturkan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Diakui, pandemi membawa dampak besar terhadap perekonomian negara dunia.
Saat ini masih banyak negara yang level Produk Domestik Bruto (PDB) nya belum kembali normal. Namun, posisi Indonesia saat ini sudah kembali (rebound).
“Pandemi belum berakhir, tetapi dunia dihadapkan pada tantangan baru, yakni invasi Rusia ke Ukraina. Yang menjadi lebih penting adalah pertama kali Amerika Serikat menghadapi satu negara yang memiliki nuklir power terbesar di dunia, yaitu Rusia. Menanggapi masalah itu, Indonesia harus cermat bernavigasi sebagai Presidensi G20 berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945,” ungkap Luhut yang juga menjabat koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Jawa-Bali dalam penangan COVID-19.
Dikatakannya, United Nations (UN) memperkirakan perang Rusia-Ukraina akan menambah 7,6 -13,1 juta orang kelaparan di seluruh dunia dan Indonesia tidak termasuk dalam kategori tersebut.
Rusia dan Ukraina berperan penting terhadap ekspor komoditas energi, pangan, dan logam dunia yang menyebabkan kenaikan harga komoditas.
Oleh karena itu, Indonesia harus kuat dalam produksi dalam negeri. Perang Rusia-Ukraina memicu kenaikan inflasi di berbagai negara, terutama didorong oleh meningkatnya harga energi dan pangan. Kenaikan harga minyak, gandum, dan jagung meningkatkan nilai kebutuhan impor dari negara-negara seperti Mesir, Pakistan, Srilanka, dan Tunisia.
“Pascapandemi, tantangan juga akan muncul dalam hal perubahan berbagai aspek sosial ekonomi dan teknologi. Di antaranya perubahan sistem kesehatan, akselerasi otomasi dan digitalisasi, peningkatan peran Artificial Intelligence (AI) & Big Data, perubahan Global Value Chain, peningkatan tren telework, dan green recovery menghadapi tantangan climate change,” ujarnya.
Luhut menjelaskan, penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional mampu dikendalikan dengan tetap menjaga kondisi ekonomi. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, kasus harian telah menurun tajam. BOR Rumah Sakit pada tingkat yang rendah, yaitu sebesar 4 persen, positivity rate di bawah standar WHO, yakni 1,2 persen. Vaksinasi sudah mencapai tingkat yang tinggi. Jumlah penduduk yang divaksinasi, Indonesia berada di peringkat 4 dunia dengan rincian dosis pertama 95 persen, dosis kedua 78 persen, dan dosis ketiga 13 persen.
“Semua persyaratan WHO dipenuhi, karena team work dan leadership yang baik. Sebagai pemimpin, harus turun ke lapangan, tidak hanya bicara saja, tapi execute,” katanya.
Lebih lanjut Luhut menuturkan, ekonomi nasional mampu dipulihkan dengan cepat. Ekonomi kembali tumbuh di atas 5 persen, realisasi investasi mampu tumbuh double digit Penanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri sebesar 12,5 persen, serta tingkat kemiskinan dan pengangguran menurun. Selain itu, mobilitas keluar rumah dan belanja masyarakat meningkat dan tertinggi sejak pandemi.
Dalam mengatasi pandemi COVID-19, Indonesia menunjukkan dapat menyelesaikan masalah dengan cukup baik. Dalam delapan tahun terakhir, Indonesia telah mentransformasi ekonomi menjadi lebih efisien, maju, dan tidak bergantung pada komoditas.
“Indonesia harus terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi termasuk pengembangan sumber daya manusia dan R&D untuk mendorong inovasi serta Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan pascapandemi untuk mencapai visi menjadi negara maju pada 2045,” pungkasnya.
Foto: Dok Antara