:
Oleh Taofiq Rauf, Selasa, 12 April 2022 | 23:07 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 148
Jakarta, InfoPublik - Youth 20 (Y20) akan mengadakan pra konferensi tingkat tinggi (KTT) di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 23 hingga 25 April 2022, membahas topik terkait transformasi digital. Pra KTT 2 Y20 akan diisi sejumlah diskusi yang membahas manfaat transformasi digital dalam meningkatkan kesadaran keuangan digital anak muda, disamping mempromosikan inklusi dan inovasi anak muda dalam tata kelola digital.
KTT Y20 yang mengusung tema From Recovery to Resilience: Rebuilding the Youth Agenda Beyond COVID-19, akan digelar pada 17 hingga 24 Juli 2022 dan akan dipusatkan di dua kota, Jakarta dan Bandung.
Y20 merupakan wadah konsultasi resmi bagi para pemuda dari seluruh negara anggota G20 untuk dapat saling berdialog. Y20 mendorong para pemuda sebagai pemimpin masa depan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan global, untuk bertukar ide, berargumen, bernegosiasi, hingga mencapai konsensus.
Co- Chair Youth 20 (Y20), Gracia Paramita, mengatakan akan ada dua sub topik yang dibahas dalam pra KTT 2 tersebut. Pertama, mengenai peran pemuda dalam tata kelola digital. Kedua, terkait jalur keuangan atau keuangan digital.
Menurutnya, banyak anak muda yang merasa resah dengan keamanan data privacy dan big data. “Dari hasil survei yang kami lakukan terhadap 5.700 pemuda di 19 negara Group 20 (G20) diketahui 64 persen rerponden mengaku cemas terhadap personal data security di dalam platform digital,” katanya, Selasa (12/4/2022) di Jakarta.
Para responden mengaku kuatir data yang ada dalam platform digital rawan diperjualbelikan dalam pasar gelap digital. Oleh karena itu, kata Gracia, para pemuda yang berkumpul dalam Y20 di antaranya akan membahas hal-hal yang dirasa meresahkan dalam transformasi digital.
Sedangkan yang berkaitan dengan keuangan digital, para pemuda di Y20 merasa resah dengan maraknya pinjaman online dan aplikasi keuangan digital. “Hal itu juga yang akan kami bahas dalam pertemuan nanti. Bagaimana peran pemuda dalam mengelola keuangan digital. Serta bagaimana antisipasi ketika ada pinjaman online ilegal atau bentuk-bentuk transaksi digital ilegal,” ucapnya.
Dari hasil survei juga diketahui, sebanyak 61 persen dari 5.700 responden pemuda di negara G20 memilki masalah dengan konektivitas internet. Kemudian juga mengenai akses yang mahal untuk mendapatkan kecepatan internet.
Forum Y20 menginginkan dari Presidensi G20 ini ada penegakan hukum bagi pelanggar di dunia digital. Sehingga tidak terjadi lagi adanya jual beli data yang dapat merugikan masyarakat umum.
“Terkait privacy data. Sebenernya kita pengen ada law enforcement. Jadi tindakan lebih tegas dari pemerintah termausk sistem blok atau seperti sistem kontrol yang ketat ketika memang terjadi pembobolan data atau hacker dan lainnya,” ujarnya.
Gracia menuturkan, Y20 juga ingin adanya kampanye bersama mengenai antisipasi berita hoax. Kampanye ini harus dilakukan bersama di negara G20 sehingga seluruh masyakarat bisa mengetahui dan tidak dirugikan dengan berita yang tidak benar.
“Selain itu ada berita hoaks, misinformasi, disinformasi, hate speech yang menjadi topik kedua di dalam tata kelola digital. Karena sebagian besar generasi muda baik itu menjadi pelaku maupun menjadi korban. Perlu ada kampanye menghentikan misinformasi, disinformasi mengurangi ini,” harapnya.
Dicontohkan, pada April 2020 di Inggis ada gerakan inisiasi anak muda yang melakukan kampanye melawan berita yang tidak benar. Karena saat itu sempat ramai pemberitaan yang tidak benar mengenai COVID-19.
“Jadi kita perlu kampanye bersama untuk menyuarakan ini. Anak muda berperan dalam hal ini,” katanya.
Gracia berpendapat, dalam memanfaatkan perkembangan digital harus dibarengi dengan kemampuan mengembangkan nilai moral. Sehingga segala hal yang dilakukan tetap pada koridor dan tidak kebablasan.
“Menurut saya pribadi pengembangan skill digital tidak hanya secara teknis. Tapi juga ada pengembangan nilai moral, etika dalam mengelola data digital, memposting, menyebarluaskan berita digital. Hal itu menjadi penting karena terkadang kita lupa etika dalam bertindak sehingga menyingkirkan etika secara fisik maupun secara digital,” pungkasnya.
Foto: Antara