Presidensi G20 akan Lahirkan Kesepakatan Dagang dan Investasi Antarnegara

:


Oleh Taofiq Rauf, Selasa, 12 April 2022 | 06:54 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 229


Jakarta, InfoPublik – Presidensi G20 2022 mejadi peluang Indonesia menunjukkan kepada dunia keberhasilan menjaga neraca perdagangan yang tetap surplus dalam kurun waktu 22 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 di tengah pandemi COVID-19 yang  masih melanda.

Keberhasilan ini tentu menjadi peluang untuk terus menarik investor dunia masuk menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan realisasi investasi pada kuartal 4 tahun 2021 sebesar 15,2 persen secara year on year serta terlampauinya target investasi yang direncanakan Badan Koordinasi Penanaman Modal sebesar Rp 858,5 triliun dengan capaian sebesar Rp 901,02 triliun.

Demikian dikatakan Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi, saat dihubungi Senin (11/4/2022) malam.

Salah satunya diungkapkan Yukki adalah industri logistik yang mengalami pemulihan cukup cepat dibanding lainnya. “Industri logistik adalah yang paling awal terdampak pandemi. Tapi kita juga yang paling cepat recovery,” katanya.

Dikatakannya, pada Maret 2020 industri logistik terkontraksi 32 persen. Namun empat bulan kemudian terjadi pemulihan di sektor industri logistik.

Industri logistik kata dia terdiri dari barang dan transportasi. Pada Agustus 2020, tren pertumbuhan industri logistik terutama barang mengarah positif.

“Terbukti tahun 2021 lalu dengan pertumbuhan ekonomi kita 3,2 % positif, pertumbuhan di logistik sekitar 5-6 %. Artinya terjadi perbaikan dan bergerak ke depan,” ungkapnya.

Pemulihan ekonomi tidak bisa terlepas dari kolaborasi banyak pihak sehingga terwujud yang namanya inklusifitas.

Yukki menuturkan, dalam konteks besar dunia logistik dan transportasi yang termasuk dalam mata rantai pasok, kunci keberhasilan dalam pemulihan adalah melakukan kolaborasi. Salah satunya kolaborasi dengan perusahaan informasi teknologi (IT) yang menopang industri logistik.

“Misalnya perusahaan IT yang berkolaborasi atau berpartner dengan orang yang punya keahlian di bilang logistik misalnya. Itu salah satu bentuk kolaborasi yang menurut saya cukup konkrit,” ujarnya.

Menurutnya, kaitan dengan mata rantai pasok, kolaborasi yang dilakukan bisa dengan cara memanfaatkan gudang-gudang yang tidak optimal untuk dioperasikan kembali. Misalnya berkolaborasi dengan pihak BUMN antara swasta dan pemerintah.

“Bahkan kita juga menyampaikan usulan pada pemerintah dalam konteks bagaimana terjadi kolaborasi sehingga terwujud inklusifitas. Karena yang kita harus pikirkan untuk mendorong barang ini kan mulai dari petani, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), besar maupun yang bergerak di bidang IT. Bagaimana produk kita bisa dikenal di luar negeri dan mengirimkannya dan mempunyai daya saing,” katanya.

Terkait dengan Presidensi G20 Indonesia 2022, Yukki menuturkan sebagai sebuah peluang besar. Sebagai pelaku usaha berharap hasil dari pertemuan antar negara G20 ini tidak sebatas kesepakatan antar negara saja.

“Yang kita inginkan adanya kesepakatan dagang, kesepakatan usaha dan kesepakatan investasi dalam bentuk nyata yang dapat bermanfaat untuk Indonesia. Itu yang menjadi harapan kita sebagai pelaku usaha agar dampak manfaatnya dirasakan bersama. Oleh karena itu memang harus inklusif dan kolaboratif,” pungkasnya.

 

Foto: Antara