Komitmen Pemda di Yogyakarta Eliminasi TBC

:


Oleh Putri, Kamis, 31 Maret 2022 | 18:14 WIB - Redaktur: Untung S - 109


Jakarta, InfoPublik - Sebanyak empat Kabupaten dan satu kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan komitmennya dalam upaya percepatan eliminasi Tuberkulosis (TBC) pada 2030.

Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama oleh Wakil Gubernur DI Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X dalam acara G20 Side Event on TBC pada Selasa (29/3/2022) lalu.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, melalui keterangan resminya Rabu (30/3/2022) menyambut baik dan mengapresiasi komitmen Yogyakarta dalam eliminasi TBC sebagai bagian penting untuk mengakselerasi upaya peniadaan TBC di Indonesia.

“Untuk itu, melalui penyelenggaraa G20 Side Event on TBC menjadi momentum penting untuk mendorong komitmen para pemimpin dunia dalam pencegahan dan pengendalian TBC pada 2030 utamanya pengadaan pendanaan berkelanjutan,” kata Menkes Budi.

TBC masih menjadi masalah kesehatan di tingkat global maupun nasional. Meskipun bisa dicegah dan diobati, penyakit TBC masih mengintai masyarakat Indonesia

Pada 2020 tercatat jumlah kasus TB di Indonesia mencapai 824 ribu kasus, sementara jumlah kematian akibat TB mencapai 93 ribu kasus setiap tahunnya. Data itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus nomor tiga terbanyak di dunia setelah India dan Tiongkok.

Hal ini menjadikan Pemerintah Indonesia serius dalam menanggulangi TBC. Dibutuhkan perhatian besar dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan utamanya pemerintah daerah untuk konsisten dalam meniadakan penyakit tu.

Komitmen itu salah satunya hadir dari pemerintah DI Yogyakarta. Provinsi Yogyakarta menargetkan kasus TBC di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo bisa menurun 50 persen selama lima tahun mendatang.

Untuk mencapai target itu, Pemerintah DI Yogyakarta bekerja sama dengan Tim Zero TB Yogyakarta untuk melakukan penemuan kasus aktif sebanyak-banyaknya di masyarakat untuk selanjutnya diobati dengan tuntas dan setelah itu mencegahnya.

Kegiatan penemuan kasus aktif tersebut dilakukan dengan skrining kesehatan di puskesmas, investigasi seluruh kontak rumah dan skrining TBC pada anak di posyandu

Upaya lain dengan penyediaan mobil rotgen TB Dalam mobil TB, pasien bisa diperiksa dengan x-ray apakah yang bersangkutan menderita TB atau tidak. Apabila diketahui menderita, pasien selanjutnya diarahkan untuk konsultasi dengan dokter guna menentukan terapi pengobatan yang tepat.

Tak berhenti pada pemeriksaan dan pengobatan kasus, program Zero TB juga melakukan upaya pencegahan dengan pemberian tablet TPT jangka pendek kepada kontak erat pasien TB di rumah.

“Kalau memiliki kontak sekalian kita lakukan test, kalau dia laten akan dilakukan terapi pencegahan. Itulah upaya komprehensif yang tidak hanya menemukan dan mengobati saja tetapi juga memberikan terapi pencegahan,” kata Rina Triasih ketua proyek Zero TBC Yogyakarta.

Diakui Rina upaya penemuan kasus TBC di Yogyakarta masih belum optimal. Dibutuhkan dukungan dan kolaborasi dari masyarakat, pemangku kepentingan setempat serta pemerintah agar pelacakan kasus bisa segera ditemukan.

Sehingga tidak menjadi sumber penularan di tengah masyarakat. Sejalan dengan target global, Kementerian Kesehatan mencanangkan Indonesia Bebas TBC pada 2030

Berbagai inovasi yang dilakukan oleh tim Zero YB Yogyakarta diharapkan bisa menjadi salah satu model untuk membuat strategi pengendalian TBC di Indonesia yang lebih baik dan komprehensif.

“Setiap daerah punya project sendiri-sendiri, saya ingin lihat project itu seperti apa. Saya berharap program itu bukan program tetapi sebuah gerakan. Zero TB ini kan juga melakukan sendiri, saya mengucapkan terima kasih kepada Zero TB Yogyakarta yang tanpa diminta sudah membantu pemerintah dalam eliminasi TB,” kata Menkes Budi.

Foto: Kemenkes