:
Lombok Barat, InfoPublik – Salah satu pembahasan yang mengapung dalam pertemuan 1st Digital Economy Working Group (DEWG) adalah pendalaman pemanfaatan kekuatan teknologi digital untuk mencapai pemulihan bersama yang lebih kuat, secara inklusif dan berkelanjutan dari dampak pandemi COVID-19.
Hal ini diungkap Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate, saat membuka pertemuan yang merupakan bagian dari Presidensi G20 Indonesia 2022 yang diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 hingga 30 Maret 2022.
“Secara garis besar pertemuan itu melanjutkan diskusi secara intensif terkait isu prioritas Digital Economy Working Group G20 saat pre-meeting pada 15 Maret 2022 yang lalu. Hari ini para delegasi dari anggota G20 serta beberapa undangan lainnya menghadiri pertemuan pertama DEWG G20 secara hybrid. Ada yang hadir secara daring dan luring,” kata Menkominfo.
Sebagai Presidensi G20 2022, lanjut Menkominfo, Indonesia akan mengoptimalkan potensi dari landscape ekonomi digital global yang semakin data sentris, untuk memitigasi resiko dan menuai manfaat bagi perekonomian Indonesia.
Potensi pada sektor ekonomi yang diperkirakan akan mencapai nilai gross merchandise value sebesar 315,5 miliar dolar AS di 2030.
Menkominfo memaparkan, untuk dapat mengoptimalkan potensi digital tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika mengangkat tiga isu prioritas untuk dibahas dalam rangkaian pertemuan DEWG kali ini, yakni Connectivity and Post-COVID-19 Recovery, Digital Skills and Digital Literacy, dan Cross-Border Data Flow and Data Free Flow with Trust.
Topik Connectivity and Post-COVID-19 Recovery memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk mengajak anggota G20 untuk bersama-sama berdiskusi tentang peran sentral konektivitas dalam beragam lini kehidupan.
“Secara khusus keterkaitannya dengan pemulihan pasca COVID-19 mengacu kepada isu ketersediaan akses internet yang cukup, yang fair, yang lebih berimbang dalam pemanfaatan teknologi digital serta optimalisasi konten dan data internet. Kami mengajak para anggota G20 untuk membahas isu penting ini sebagai wujud untuk mengupayakan pemulihan ekonomi global yang lebih tangguh dan lebih inklusif melalui teknologi digital,” ujar Menkominfo.
Maksimalkan Digital Skills and Digital Literacy
Kemudian, lanjut Johnny, pembahasan Digital Skills and Digital Literacy juga berperan sentral guna menghadirkan pemanfaatan teknologi digital yang produktif, inklusif, yang memberdayakan dan berkelanjutan.
“Indonesia mendorong pembahasan isu itu untuk menghadirkan upaya kolektif global antara negara maju dan negara berkembang dalam digital reskilling dan upskilling masyarakat dunia dalam menghadapi kemajuan serta disrupsi digital,” jelasnya.
Topik ketiga, ungkap Johnny, membahas mengenai Cross-Border Data Flow and Data Free Flow with Trust. Pembahasan itu sebagai respon terhadap peningkatan penggunaan data dan arus data, serta kebutuhan mekanisme dan metode pengaturan yang memfasilitasi pertukaran data .
“Memahami diversifikasi pengaturan yang ada, Indonesia mengambil langkah untuk melakukan pembahasan kebijakan data lintas batas Negara. Pada Presidensi G20 kali ini dengan usulan prinsip arus data lintas negara yang mengacu pada keabsahan, keadilan, keterbukaan atau transparansi, dan timbal balik,” kata Menkominfo.
Untuk diketahui, pertemuan turut dihadiri empat global knowledge partner DEWG, yakni International Telecommunication Union (ITU), United Nation The Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP), United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
Selain itu, pertemuan juga dihadiri tiga knowledge partner DEWG Indonesia, yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), serta Universitas Padjajaran (UNPAD)
Pertemuan hari ini, Selasa (29/3/2022) menjadi wadah bagi para delegasi dan undangan untuk mendalami diskusi yang telah dibangun terkait pemanfaatan kekuatan teknologi digital untuk mencapai pemulihan yang semakin kuat dengan memberdayakan inklusif dan berkelanjutan.
Hasil dari diskusi itu, akan menjadi building block bagi berbagai macam isu digital yang semakin relevan dalam kehidupan kita di berbagai sektor dan mendorong tata kelola kehidupan baru yang lebih bersifat data sentris .
Menkominfo menambahkan, relevansi data pada berbagai sektor dapat diamati melalui tingkat konektivitas global, merujuk kepada jumlah perangkat yang terhubung ke jaringan internet protocol, yang diprediksikan akan meningkat tiga kali lipat dari populasi global pada 2023. Situasi itu semakin terintensifikasi pula oleh pembuatan dan replikasi data global yang diprediksikan akan meningkat sebesar 23 persen pada 2020 sampai dengan 2025.
Substansi diskusi pada pertemuan hari ini dikataknnya akan mendasari agenda pembahasan pada pertemuan selanjutnya 2nd DEWG Meeting yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada 17-18 Mei 2022.
“Presidensi G20 Indonesia mengajak para delegasi anggota G20, Global Knowledge Partner, Indonesia Knowledge Partner, serta undangan lainnya untuk juga menikmati budaya, sejarah, serta kuliner Yogyakarta yang khas sebagai pendamping sesi diskusi pada 2nd DEWG Meeting nanti. Saya mengajak kepada para pemangku kepentingan untuk mendukung pelaksanaan rangkaian acara DEWG dalam Presidensi G20 Indonesia ini guna menghasilkan hal yang konkrit dan bermakna bagi ekonomi digital global. Mari bersama kita mengawal semangat Presidensi G20 Indonesia dalam menyongsong pemulihan yang inklusif dan berkelanjutan. Recover Together, Recover Stronger,” pungkas Menkominfo. (Ismadi/Untung/Rauf)
Foto: Amiri Yandi/InfoPublik