:
Oleh Wahyu Sudoyo, Selasa, 29 Maret 2022 | 21:11 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 272
Lombok, InfoPublik – Indonesia memastikan peran menjadi jembatan kepentingan bagi negara-negara berkembang (emerging nation) dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, tepatnya Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau Digital Economy Working Group (DEWG) G20, yakni masalah konektivitas (connectivity) dan talenta digital (digital talent).
Dengan terakomodirnya dua isu utama itu, maka akan membuat pemulihan global dengan memanfaatkan teknologi digital bisa cepat tercapai dengan adanya kesetaraan dalam berbagai aspek.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny Gerard Plate, mengatakan peran itu, tak lepas dari latar belakang anggota G20, yang terdiri atas negara-negara industri maju dan negara ekonomi besar, yang di dalamnya termasuk negara berkembang.
“Jadi pertemuan G20 itu kan perpaduan antara negara-negara industri G7 dan negara-negara yang ekonominya gede, tapi masih banyak negara lain dalam kategori emerging nation (berkembang). Kita Indonesia yang masuk dalam kategori berkembang dan memegang Presidensi G20 tahun ini, tentu diharapkan menjadi jembatan bagi kepentingan bangsa-bangsa atau negara yang sedang berkembang,” ujar Menkominfo dalam konferensi pers pembukaan 1st Meeting DEWG G20 Indonesia 2022 di Hotel Aruna Senggigi Resort and Convention, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (29/3/2022).
Lebih lanjut Menkominfo Johnny menjelaskan, dari tiga isu yang diusung Indonesia di Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau Digital Economy Working Group (DEWG) G20 2022, terdapat dua isu yang mengakomodasi negara berkembang, yakni masalah konektivitas (connectivity) dan talenta digital (digital talent).
Isu konektivitas dinilai terkait dengan kondisi riil negara berkembang, termasuk Indonesia, yang berkaitan dengan konektivitas digital.
Untuk meningkatkan konektivitas digital, katanya, diperlukan talenta-talenta digital memadai (digital skills) yang harus dibentuk melalui upaya literasi digital di masyarakat.
“Nah dua isu besar itu yang kita yang kita angkat, juga menjadi agenda antarnegara G20,” imbuhnya.
Sedangkan untuk negara ekonomi besar global lainnya, katanya, masalah yang dibahas dalam pertemuan perdana DEWG G20 itu adalah pemulihan pascapandemi COVID-19 atau post-COVID-19 recovery, dan masalah arus data lintas negara (cross border data flow).
Tiga isu besar tersebut, yakni connectivitiy and post covid-19 recovery, digital skill and digital literacy, dan cross border data flow dan data free flow, diharapkan akan selesai dibahas bertahap dalam pertemuan DEWG G20 ini.
Setelah pertemuan ini, lanjutnya, DEWG akan melanjutkan pertemuan kedua di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 17-19 Mei 2022 mendatang.
“Pertemuan DEWG kedua itu, menjadi bahan bahan dasar bagi konsep digital ministerial declaration pada 6-17 September 2022 dan menjadi masukan bagi leader summit atau rapat para pemimpin negara G20,” imbuhnya.
Foto: Amiriyandi/InfoPublik