1st G20 EDM-CSWG, KLHK: Enam Isu Prioritas EDM, Selesai Dibahas

:


Oleh Wahyu Sudoyo, Kamis, 24 Maret 2022 | 17:20 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 340


Jakarta, InfoPublik – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebagai pengampu pertemuan Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim atau Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM CSWG) Presidensi G20 Indonesia telah merampungkan pertemuan perdana atau 1st G20 EDM-CSWG.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Dirjen PPKL) KLHK yang juga Co-Chair G20 EDM-CSWG Sigit Reliantoro menjelaskan, enam dari tujuh isu prioritas EDM telah selesai dibahas dan mendapat dukungan dari negara-negara anggota, termasuk negara yang diundang dan organisasi internasional yang hadir, baik secara langsung maupun virtual.

“Yang sudah diselesaikan dengan mencari masukan dari negara anggota G20 EDM adalah enam isu, kemudian untuk satu, yaitu sustainable consumption and resources efficiency dilaksanakan nanti di Bulan Juni dipertemuan ke dua,” ujar Dirjen PPKL KLHK dalam keterangan resmi yang diterima InfoPublik terkait 1st G20 EDM-CSWG, Kamis (24/3/2022).

Tujuh isu prioritas EDM yang dibahas yaitu land degradation (kerusakan lahan), biodiversity loss (kehilangan keanekaragaman hayati), marine litter (sampah di laut), water (pengelolaan air), sustainable consumption and resources efficiency (konsumsi berkelanjutan dan efisiensi sumber daya), sustainable finance (keuangan berkelanjutan), dan marine protection (perlindungan laut).

Untuk isu land degradation, katanya, para delegasi meminta mempertahankan frame work (kerangka kerja) yang sudah ada, termasuk mendukung upaya-upaya nyata Indonesia merehabilitasi mangrove dan lahan gambut secara besar-besaran saat ini.

“Kemudian untuk isu biodiversity loss, secara prinsip, para delegasi mendukung implementasi dari post 2020 kerangka keanekaragaman hayati global,” imbuhnya.

Terkait penangan marine litter para delegasi sepakat mendukung, dan salah satu yang difokuskan adalah pada bagaimana mendorong sesedikit mungkin plastik terbuang ke laut dengan memasukan kedalam siklus sirkular ekonomi.

Sedangkan terkait isu water, Sigit menyebut para peserta sangat mendukung kalau platfom-nya tidak hanya difokuskan di water security saja, tetapi sudah mendukung bagaimana isu ini dilanjukan pada pendekatan-pendekatan perbaikan lingkungan. dengan pendekatan nature based solutions (solusi berbasis alam) dan ecosystem based approach (pendekatan berbasis ekosistem).

“Pendekatan-pendekatan itu dipandang memiliki potensi yang sangat besar karena investasinya yang tidak terlalu besar, tetapi manfaatnya langsung bisa dirasakan oleh masyarakat setempat,” jelasnya.

Pada isu sustainable finance, Sigit mengungkapkan para delegasi meminta adanya ukuran dan target yang jelas dari proses mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan sehingga kebutuhan pendanaan maupun formatnya dapat ditentukan dengan jelas.

Untuk itu mulai didorong untuk dikembangkan bentuk pelaporan yang transparan dan juga mendorong sektor swasta terlibat.

Sedangkan pada isu perubahan iklim, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK yang juga Co-Chair G20 EDM-CSWG Laksmi Dhewanthi menambahkan, delegasi G20 berharap dapat memperkuat agenda mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sebagaimana telah menjadi komitmen pada COP 26 UNFCCC di Glasgow pada 2021 lalu.

“Selain itu, keterkaitan isu kelautan (ocean) dan perubahan iklim, serta mobilisasi dukungan (pendanaan, riset, teknologi dan peningkatan kapasitas) juga mendapatkan dukungan kuat delegasi G20,” tuturnya.

Hasil pertemuan ini dinilai menjadi sinyal positif dalam proses penyusunan communiqué G20 tingkat menteri bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim berkelanjutan. 

Pencapaian ini akan dibahas lebih lanjut pada tahapan pertemuan EDM-CSWG selanjutnya yang akan dilaksanakan di Jakarta, pada Juni 2022 dan Bali, pada Agustus 2022. (foto: Biro Humas KLHK).